Berdasarkan verifikasi 优游国际.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.
KOMPAS.com - Beredar narasi yang menyebutkan bahwa vaksin Covid-19 yang diproduksi Pfizer-BioNTech menyebabkan penyakit peradangan otak yang disebut ensefalitis.
Disebutkan bahwa perusahaan Pfizer meminta Badan Obat dan Pangan Amerika Serikat (FDA) menyembunyikan data mengenai efek samping vaksin.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta 优游国际.com, narasi itu tidak benar alias hoaks.
Informasi mengenai vaksin Pfizer yang menyebabkan penyakit ensefalitis, disebarkan oleh akun Facebook pada 22 Maret 2022.
"Ensefalitis adalah peradangan otak yang terjadi karena infeksi seperti virus atau bakteri, obat-obatan atau kerusakan sistem kekebalan tubuh. Ensefalitis adalah kondisi langka, seringkali serius yang membutuhkan perawatan tepat waktu," tulis dia.
Pengunggah menyebut bahwa penyakit ini disebabkan oleh virus, bakteri, dan parasit.
Namun dia mengeklaim menemukan fakta terbaru bahwa Pfizer mengakibatkan ensefalitis berdasarkan beberapa tautan artikel yang dia sertakan.
"Ketika Pfizer mengajukan permohonan persetujuan FDA, mereka mengetahui hampir 158.000 efek samping. Laporan setebal 38 halaman itu menampilkan lampiran dengan daftar vaksin COVID Pfizer memiliki 1.291 efek samping," tulisnya.
"Pfizer menyerahkan data ke FDA (kl disini BPOM), dan PFIZER MINTA agar DATAnya DISEMBUNYIKAN SELAMA 75 TAHUN KEDEPAN ????. Subhanallah... apa-apaan ini !!! Ini pertama kali dibuka ke publik, berarti selama -+150 tahun sebelumnya ada yg tidak dibuka ke publik. Ini baru satu "Encephalitis", masih ada 1.290 istilah efek yg lainya," lanjutnya.
Ensefalitis adalah peradangan otak yang disebabkan oleh infeksi atau respons autoimun. Virus ini dibawa oleh nyamuk atau hewan yang terinfeksi.
Dikutip dari laman Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (), virus ensefalitis Jepang atau disebut JE, ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk spesies Culex yang terinfeksi, khususnya Culex tritaeniorhynchus.
Kurang dari 1 persen orang yang terinfeksi virus JE mengembangkan penyakit klinis.
Gejala awal umumnya demam, sakit kepala, dan muntah. Di antara pasien yang menderita ensefalitis, 20-30 persennya meninggal dunia.
Meskipun beberapa gejala membaik setelah penyakit akut, 30-50 persen yang selamat terus mengalami gejala neurologis, kognitif, atau psikiatri.
JE pertama kali terdeteksi di Australia selatan di sebuah peternakan babi di New South Wales, Queensland dan Victoria.