优游国际

Baca berita tanpa iklan.

Akademisi dan Pengamat: Indonesia Perlu Cermati Modernisasi Militer dan Diplomasi Pertahanan China

优游国际.com - 02/10/2024, 06:50 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Percepatan modernisasi militer China di bawah kepemimpinan Xi Jinping yang menargetkan menjadi kekuatan militer kelas dunia pada 2027 perlu mendapat perhatian Indonesia dan kawasan regional ASEAN.

Meski Indonesia tidak terlibat langsung dalam sengketa Laut China Selatan (LCS), para ahli menekankan pentingnya meningkatkan diplomasi dan anggaran pertahanan sebagai langkah antisipatif terhadap potensi eskalasi konflik di kawasan tersebut.

Hal ini mengemuka dalam diskusi publik “Modernisasi Militer dan Diplomasi Pertahanan China: Peluang dan Tantangan di Asia Tenggara” yang digagas Forum Sinologi Indonesia (FSI) dan Paramadina Public Policy Institute (PPPI), di Jakarta, Senin, 30 September 2024.

Diskusi publik ini menghadirkan beberapa pembicara utama, yakni Brigjen TNI (Purn) Victor P. Tobing (Pemerhati Keamanan Regional), Peni Hanggraini (Dosen Prodi Magister Hubungan Internasional Universitas Paramadina) dan Aisha Rasyidila Kusumasomantri (Direktur Riset Indo-Pacific Strategic Intelligence).

Ketua Forum Sinologi Indonesia (FSI), Johanes Herlijanto menyampaikan, forum akademis ini menjadi penting dalam memberikan catatan terkait modernisasi dan diplomasi pertahanan China untuk menjadikan militer mereka sebagai kekuatan dunia pada tahun 2035.

“Apalagi pada Kongres Nasional Partai Komunis China (PKC) ke-20 tahun 2022 lalu, Xi mengubah target bagi terlaksananya modernisasi angkatan bersenjata dan pertahanan China yang pada awalnya tahun 2035 menjadi tahun 2027,” tutur Johanes yang juga dosen Universitas Pelita Harapan (UPH).

Dia juga menekankan pentingnya Indonesia tetap menjaga sikap kehatian-hatian dalam mencermati perkembangan modernisasi militer dan diplomasi pertahanan China ini.

"Harapannya melalui diskusi ini akan melahirkan sejumlah catatan-catatan akademis bagi pemerintahan Indonesia yang baru dalam menyikapi perkembangan militer dan pertahanan China agar Indonesia tetap memiliki gestur posisi tawar yang kuat dalam hubungan bilateral kedua negara," tambahnya.

Pembicara pertama, Brigjen TNI (Purn) Victor P. Tobing dalam pemaparan memperlihatkan modernisasi militer China bukanlah sesuatu yang tiba-tiba.

“Ide mencanangkan modernisasi militer telah ada sejak zaman modernisasi Deng Xiaoping pada tahun 1978,” tuturnya. Namun perbedaan yang tajam terjadi sejak Xi Jinping mencapai kedudukan tertinggi dan menjadi penguasa partai, militer, dan negara pada tahun 2012," ungkapnya.

“Bila pada awalnya China tidak berniat membangun pangkalan militer di luar negeri, sejak diluncurkannya buku putih kedua pada tahun 2013, China mencanangkan agar kekuatan militernya setara dengan posisi internasional China,” tuturnya.

Menurut Victor, inilah yang melatarbelakangi dibangunnya pangkalan militer China di Djibouti, Afrika.

Baca juga: Kontes Kartun Internasional “People of ASEAN and China Relationship” Resmi Dimulai

Menurut pria yang pernah bertugas di Kemenkopolhukam dan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), kehadiran kapal induk China ketiga, yaitu kapal induk Fujian yang baru saja melalui uji coba beberapa bulan lalu menjadi tantangan Indonesia dan negara Asia Tenggara lain dalam kaitan dengan modernisasi militer China dan persoalan Laut China Selatan.

Pembicara lainnya, Aisha Rasyidila Kusumasomantri mengungkapkan, angkatan bersenjata China telah menjadi salah satu militer dengan pertumbuhan paling pesat di dunia.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan.
Komentar
Baca berita tanpa iklan.
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi 优游国际.com
Network

Copyright 2008 - 2025 优游国际. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses 优游国际.com
atau