KABUL, KOMPAS.com - Taliban telah menuntut warga Afghanistan menikahkan anak perempuan remaja mereka sebagai budak seks bagi anggota kelompok teror itu menurut klaim laporan yang dipublikasi The Sun pada Rabu (14/7/2021).
Pernyataan yang mengeklaim berasal dari Taliban dilaporkan telah memerintahkan para pemimpin lokal di Afghanistan untuk menyajikan daftar anak perempuan, berusia di atas 15 tahun, dan janda, di bawah 45 tahun.
Baca juga: Taliban Gempur Ibu Kota Provinsi di Afganistan, Beberapa Tentara Menyerah
Menurut laporan yang sama, Taliban berjanji nantinya akan menikahkan perempuan-perempuan itu dengan anggotanya dan diangkut ke Vaziristan, Pakistan.
"Semua imam dan mullah di daerah yang direbut harus memberi Taliban daftar gadis di atas 15 tahun dan janda di bawah 45 tahun untuk menikah dengan pejuang Taliban," kata surat itu, yang dikeluarkan atas nama Komisi Kebudayaan Taliban melansir The Sun pada Rabu (14/7/2021).
Pernyataan tersebut dipublikasikan ketika kelompok ekstremis itu melanjutkan serangan besarnya.
Taliban merebut sejumlah wilayah Afghanistan, dan memaksa ribuan tentara untuk melarikan diri atau menyerah, serta merebut gudang senjata berat Amerika Serikat (AS).
Mereka dibiarkan merajalela ketika AS, Inggris, dan negara-negara lain menarik pasukan terakhir yang tersisa setelah hampir 20 tahun perang.
Sejumlah wanita yang takut akan masa depan mereka, melarikan diri dari negara yang dilanda perang ketika militan berjuang mendapatkan kendali penuh.
Setidaknya, sudah 85 persen wilayah Afghanistan sudah dikuasai militan menurut klaim Taliban.
Kelompok teror tidak menunjukkan tanda-tanda memperlambat serangan kilat mereka. Peraturan keras juga diterapkan pada mereka yang tinggal di wilayah yang direbut.
Perintah baru dipaksakan kepada warga Afghanistan, dengan larangan merokok dan mencukur jenggot di daerah-daerah. Sementara untuk perempuan larangan keluar sendirian diberlakukan.
Taliban memperingatkan siapa pun yang kedapatan melanggar aturan akan "ditangani dengan serius".
Para ayah Afghanistan telah menyatakan kekhawatirannya bahwa preman Taliban akan mengambil anak perempuan mereka dan memaksa mereka menjadi budak.
Haji Rozi Baig, seorang sesepuh Afghanistan, adalah salah satu tokoh yang menyampaikan kekhawatiran akan pengambilalihan Taliban atas distrik Khwaja Bahauddin Takhar, bekas markas Aliansi Utara yang jatuh ke tangan ekstremis pada Juni.
"Di bawah kendali pemerintah, kami senang dan setidaknya menikmati kebebasan," kata Baig, lapor Financial Times.