BERLIN, KOMPAS.com - Banjir Eropa yang melanda Jerman dan wilayah lain di barat "Benua Biru" digambarkan sebagai bencana, zona perang, dan belum pernah terjadi sebelumnya.
Hingga Minggu (18/7/2021) setidaknya 183 orang tewas dan jumlah korban dikhawatirkan masih terus meningkat.
Pertanyaan besar pun muncul: Bagaimana banjir Eropa bisa terjadi dan mengapa sangat parah? Ini lima penyebabnya menurut para pakar yang dihubungi AFP.
NEW ???? About 60 dead, dozens missing, thousands out of power after devastating floods in Germany
— Insider Paper (@TheInsiderPaper)
Baca juga: Video Dahsyatnya Banjir Eropa: Mobil Hanyut, 183 Orang Tewas, Ribuan Hilang
"Massa udara bermuatan banyak air terblokade pada ketinggian tinggi oleh suhu dingin, membuat mereka mandek selama empat hari di wilayah tersebut," terang Jean Jouzel, ahli iklim dan mantan wakil presiden Panel Antarpemerintah dalam Perubahan Iklim (IPCC).
Sebanyak 100-150 milimeter hujan turun pada 14 dan 15 Juli, menurut layanan cuaca Jerman. Jumlah tersebut biasanya terlihat selama dua bulan.
Eropa sudah berulang kali dilanda banjir parah sebelumnya, tetapi pekan ini luar biasa dalam hal jumlah air dan kerusakan yang ditimbulkannya, menurut ahli hidrologi Jerman, Kai Schroeter.
"Kami belum bisa mengatakan dengan pasti bahwa peristiwa ini terkait dengan pemanasan global," kata Schroeter, tetapi "Pemanasan global membuat peristiwa seperti ini lebih mungkin terjadi".
Dalam istilah teknis, perubahan iklim berarti Bumi menjadi lebih hangat sehingga lebih banyak air yang menguap.
"Menyebabkan massa air yang lebih besar di atmosfer, meningkatkan risiko curah hujan yang tinggi," katanya.
IPCC juga mengatakan pemanasan global meningkatkan kemungkinan kejadian cuaca ekstrem.
Hospital in Germany ???????? after the recent floods. Lesson: makes all countries a level playing field.
— ???????????????????????? ???????????????????????? (@imacuriosguy)
Baca juga: Korban Tewas Banjir Bandang Eropa Capai 183 Jiwa, Ratusan Hilang
Daerah yang paling parah terkena dampak adalah di dekat sungai kecil atau anak sungai tanpa penahan banjir.
"Sungai Rhine terbiasa dengan banjir dan kota-kota di sepanjang itu sudah membangun penahan, tidak seperti kota-kota dan desa-desa di sepanjang sungai-sungai kecil di kawasan itu," ungkap Armin Laschet, kepala wilayah Rhine-Westphalia Utara yang dilanda banjir Jerman.
"Ketika sungai lebih lambat dan lebih lebar, air tidak naik lebih cepat dan ada lebih banyak waktu untuk bersiap," kata ahli hidrologi Kai Schroeter.