VALLETTA, KOMPAS.com - Paus Fransiskus untuk pertama kalinya secara implisit mengkritik Presiden Vladimir Putin atas invasi Rusia ke Ukraina, dengan mengatakan "penguasa" mengobarkan konflik untuk kepentingan nasionalis.
"Sekali lagi, beberapa penguasa, sayangnya terperangkap dalam klaim anakronistik dari kepentingan nasionalis, memprovokasi dan mengobarkan konflik, sedangkan orang biasa merasakan masa depan yang tak tentu," kata Pemimpin Gereka Katolik Roma itu.
Suara Paus Fransiskus kuat meski hanya duduk untuk menyampaikan pidatonya pada Sabtu (2/4/2022) kepada pejabat Malta, setelah tiba di negara kepulauan Mediterania untuk kunjungan dua hari.
Baca juga: Sekutu Putin: Produk Pertanian Rusia Hanya Dipasok ke Negara Sahabat
Selama ini Paus Fransiskus hanya menyebut Rusia secara langsung dalam doa, seperti saat acara global khusus untuk perdamaian pada 25 Maret.
"Sekarang di malam perang yang menimpa umat manusia, jangan biarkan mimpi perdamaian memudar!" katanya, Sabtu (1/4/2022) dikutip dari Rueters.
Dia juga kembali mengkritik industri persenjataan dan menyatakan keresahan pada memudarnya antusiasme untuk perdamaian yang muncul setelah Perang Dunia Kedua.
Benturan kepentingan dan ideologi menurutnya telah "muncul kembali dengan kuat dalam bujukan otokrasi, bentuk-bentuk baru imperialisme (dan) agresivitas yang meluas. ."
Moskwa mengatakan tindakan yang diluncurkan pada 24 Februari adalah "operasi militer khusus", yang dirancang tidak untuk menduduki wilayah tetapi untuk demiliterisasi dan "denazifikasi" tetangganya.
Namun Pemimpin Gereja Katolik Roma itu secara terbuka menolak terminologi itu, dan menyebut serangan ke Ukraina sebagai perang.
Baca juga: Popularitas Putin Meningkat, 83 Persen Warga Rusia Dukung Invasi ke Ukraina
"Dari timur Eropa, dari negeri matahari terbit, bayang-bayang gelap perang kini telah menyebar. Kami mengira bahwa invasi ke negara lain, pertempuran jalanan yang biadab, dan ancaman atom adalah kenangan suram dari masa lalu yang jauh," kata Paus ke-266 itu.
"Namun, angin dingin perang, yang hanya membawa kematian, kehancuran, dan kebencian, telah menyapu kehidupan banyak orang dan mempengaruhi kita semua."
Sebelumnya, ketika ditanya oleh seorang reporter di pesawatnya apakah dia sedang mempertimbangkan undangan untuk mengunjungi Kyiv, paus menjawab: "Ya, itu ada di atas meja (sebagai pertimbangan)". Dia tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Paus Fransiskus diundang oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy, Wali Kota Kyiv Vitaliy Klitschko, Uskup Agung Sviatoslav Shevchuk dari Gereja Katolik Ritus Bizantium Ukraina dan duta besar Ukraina untuk Vatikan, Andriy Yurash.
Dia telah berbicara di telepon dengan Zelenskiy dan Shevchuk.
Baca juga: Inggris dan AS Sebut Putin Disesatkan Penasihatnya Sendiri, Ini Jawaban Kremlin
Pemimpin berusia 85 tahun itu juga mengutuk korupsi di Malta, di mana klaim korupsi, penyimpangan keuangan, dan nepotisme telah mendominasi narasi politik pulau itu selama sebagian besar dekade terakhir.
“Semoga selalu tumbuh legalitas dan transparansi yang memungkinkan pemberantasan korupsi dan kriminalitas,” ujarnya.
Untuk pertama kalinya dalam 36 perjalanannya ke luar negeri, rasa sakit di lututnya memaksanya menggunakan lift barang untuk naik ke pesawat di Roma dan turun di Valletta, kata juru bicara Vatikan Matteo Bruni .
Paus, yang tertatih-tatih saat berjalan di istana kepresidenan Malta, mengecam keras apa yang disebutnya sebagai "agresi yang tidak dapat dibenarkan, dan mengecam kekejaman" dalam perang tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.