TOKYO, KOMPAS.com - Kualifikasi Piala Dunia antara Jepang dan Korea Utara pada Kamis (21/3/2024) bukan hanya tentang sepak bola. Pertandingan ini melampaui lapangan hijau, memanfaatkan sejarah politik yang rumit antara kedua negara.
Dengan sekitar 150.000 warga Korea Utara yang tinggal di Jepang, pertemuan ini memiliki dimensi yang lebih dalam daripada sekadar persaingan olahraga.
Pertandingan kualifikasi antara kedua tim ini dijadwalkan sebagai salah satu persaingan paling sengit dalam sepak bola internasional.
Baca juga: Kapal Tanker Korea Selatan Terbalik di Lepas Pantai Jepang, Bawa 8 Penumpang WNI
DIlansir dari Guardian, meskipun perbedaan ekonomi dan profil liga domestik keduanya sangat besar, namun sedikit yang memperkirakan Jepang akan mendominasi pertandingan tersebut.
Tim Samurai Biru, yang berada di peringkat ke-18 FIFA, berhadapan dengan Korea Utara yang berada di peringkat 96 di bawah mereka.
Selain itu, pertandingan ini juga menjadi pertunjukan geopolitik yang menarik.
Jepang, sebagai negara bekas kolonial yang bersekutu dengan Amerika Serikat, memiliki hubungan yang rumit dengan Korea Utara, yang terkenal karena mengirimkan rudal balistik ke Jepang dan terlibat dalam penculikan warga Jepang.
Para pakar sepak bola memperkirakan bahwa pertandingan di Stadion Nasional Tokyo akan disaksikan oleh penonton yang sangat partisan.
Namun, pertandingan kedua di Stadion Kim Il-sung di Pyongyang lima hari kemudian berpotensi menjadi situasi yang lebih rumit. Hal ini karena belum jelas apakah pendukung Korea Utara akan diizinkan hadir, terutama elite militer dan partai.
Geopolitik juga menjadi sorotan dalam kualifikasi ini, terutama mengingat uji coba rudal balistik yang dilakukan oleh Korea Utara baru-baru ini.
Baca juga: Kualifikasi Piala Dunia 2026, Jepang Minta Suporter Jangan Bertandang ke Korea Utara
Pemimpin negara tersebut, Kim Jong-un, juga menegaskan kesiapannya untuk perang, menambah ketegangan di kawasan tersebut.
Para pemain tim tamu dari Korea Utara diizinkan melakukan perjalanan ke Jepang sebagai pengecualian dari sanksi yang ada.
Mereka diperkirakan akan didukung oleh beberapa ribu anggota komunitas Korea Utara di Jepang, yang merupakan keturunan orang-orang yang bekerja di Jepang selama masa penjajahan Tokyo di semenanjung Korea.
Pertandingan ini tidak hanya menarik minat para penggemar sepak bola, tetapi juga menjadi cerminan dari hubungan politik yang rumit antara kedua negara.
Baca juga: AS dan Jepang Dukung Pelarangan Senjata Nuklir di Luar Angkasa
Sejarah dan dinamika geopolitik menjadi latar belakang yang memperkaya dimensi persaingan ini, menjadikannya lebih dari sekadar pertandingan olahraga biasa. Dalam konteks ini, kemenangan di lapangan hijau juga membawa makna yang lebih luas bagi kedua negara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.