LONDON, KOMPAS.com - MS, Warga Negara Indonesia (WNI) di London, Inggris, menceritakan bahwa suasana Ramadhan di negeri perantauannya itu tak jauh berbeda dengan di Indonesia.
Pria 32 tahun asal Bekasi itu menerangkan, aktivitas Ramadhan di London bisa terlihat jelas, utamanya di sekitar masjid.
Ada pula lampu-lampu Ramadhan di Leicester Square, dan acara-acara di sepanjang Regent Street.
Baca juga: Bubur Lambuk, Tradisi Ramadhan Khas Malaysia
"Itu lumayan heartwarming (mengharukan) gitu. Oh ternyata masih kaya ada feels (suasana) Ramadhan-nya walaupun enggak banyak," tutur MS saat dihubungi 优游国际.com, Senin (17/3/2025).
Laki-laki yang bekerja di sektor energi tersebut menambahkan, sejumlah masjid di London juga mengadakan buka puasa bersama.
Bagi yang rumahnya dekat masjid, mereka bisa ke sana untuk shalat Subuh berjamaah setelah sahur dan shalat Tarawih selepas berbuka puasa, seperti layaknya di Indonesia.
Untuk durasi puasa, MS mengungkapkan bahwa lama waktunya tidak berbeda dengan Indonesia, yaitu sekitar 13 jam.
Di London, azan Subuh berkumandang pada pukul 4.30 pagi, sedangkan waktu Maghrib sebagai penanda buka puasa dimulai antara pukul 18.00-18.30.
Namun, itu baru MS rasakan sekarang dari dua tahun ia tinggal di ibu kota Inggris. Penyebabnya adalah peralihan musim dari dingin ke semi.
"Tahun-tahun sebelum-sebelumnya benar-benar yang tiap hari kaya beda, tiap hari benar-benar beda Subuhnya jam berapa, maksudnya makin panjang harinya," ungkap MS, yang sudah sepuluh tahun tinggal di luar negeri.
Waktu itu bulan Agustus dan dia sedang menjalani pelatihan di salah satu restoran.
"Jadi kaya aku bilang sama penjaga hotelnya tolong nanti anterin breakfast gitu. Aku mau makan sarapan di kamar saja. Jadi tolong anterin ke kamar. Tapi cuman tolong masuk saja terus bangunin karena memang perlu banget bangun," jelasnya.
Akan tetapi, pramusaji ternyata hanya mengantarkan makanan sampai depan pintu dan tidak membangunkannya.