MOSKWA, KOMPAS.com – Presiden Rusia Vladimir Putin pada Minggu (11/5/2025) mengusulkan dimulainya perundingan langsung dengan Ukraina untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun.
Usulan tersebut disampaikan tanpa prasyarat dan diharapkan berlangsung di Istanbul, Turkiye. Langkah ini disebut Putin sebagai inisiatif menuju “perdamaian yang langgeng”.
Dalam pernyataan yang disiarkan dari Kremlin selepas pukul 01.30 dini hari, ia menyatakan, “Kami mengusulkan agar Kyiv melanjutkan perundingan langsung tanpa prasyarat apa pun”.
Baca juga:
“Kami menawarkan kepada otoritas Kyiv untuk melanjutkan perundingan pada Kamis, di Istanbul,” tambahnya, sebagaimana diberitakan Reuters.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky merespons positif tawaran tersebut, namun menekankan bahwa Rusia terlebih dahulu harus menyetujui gencatan senjata yang jelas dan menyeluruh.
“Kami berharap Rusia mengonfirmasi gencatan senjata penuh, langgeng, dan dapat diandalkan, mulai besok, 12 Mei, dan Ukraina siap untuk bertemu,” tulis Zelensky di platform media sosial X.
Usulan perundingan Putin muncul beberapa jam setelah sejumlah negara besar Eropa mendesak Rusia agar menyetujui gencatan senjata tanpa syarat selama 30 hari. Bila tuntutan itu tidak dipenuhi, mereka mengancam akan menjatuhkan sanksi baru yang besar.
Namun, Putin menolak tekanan tersebut dan menyebutnya sebagai bentuk ultimatum dari negara-negara Eropa. Meski demikian, ia membuka kemungkinan untuk menyepakati gencatan senjata terbatas dalam perundingan di Turkiye.
“Kami tidak mengesampingkan kemungkinan beberapa gencatan senjata baru. Itu bisa menjadi langkah pertama menuju perdamaian yang berkelanjutan,” ujarnya.
Baca juga: Rusia Serang Kyiv, Ukraina Balas Hantam Moskwa
Presiden Perancis Emmanuel Macron menyambut langkah Putin sebagai sinyal positif, namun menganggapnya belum cukup.
“Ini langkah pertama tetapi tidak cukup. Gencatan senjata tanpa syarat tidak didahului oleh negosiasi,” kata Macron kepada wartawan dalam perjalanan pulang dari Ukraina, Minggu pagi.
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump, yang mengaku ingin dikenang sebagai pembawa damai, menyambut baik kemungkinan diakhirinya perang.
“Hari yang berpotensi hebat bagi Rusia dan Ukraina! Pikirkan ratusan ribu nyawa yang akan diselamatkan karena pertumpahan darah yang tak pernah berakhir ini diharapkan akan berakhir,” tulis Trump di Truth Social.
Meski menyerukan perdamaian, Rusia masih melanjutkan serangan di Ukraina. Pada Minggu, Moskwa melancarkan serangan drone ke Kyiv dan wilayah sekitarnya. Satu orang dilaporkan terluka dan beberapa rumah rusak akibat serangan tersebut, menurut otoritas Ukraina.
Putin juga mengeklaim, selama gencatan senjata Mei, Ukraina tetap melancarkan serangan ke wilayah Rusia, termasuk menggunakan 524 drone udara, 45 drone laut, serta sejumlah rudal buatan Barat.
Sebaliknya, Ukraina menuduh Rusia telah melanggar gencatan senjata sementara yang disepakati antara 8–10 Mei lalu.
Putin menyebut, perundingan damai seharusnya menyentuh akar penyebab konflik. Ia juga menyampaikan rencana untuk berbicara dengan Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan guna membahas peran Turkiye sebagai fasilitator.
Baca juga: Ukraina Tembak Jatuh Jet Tempur Su-30 Rusia Pakai Drone
“Usulan kami, seperti yang mereka katakan, ada di atas meja. Keputusan sekarang ada di tangan otoritas Ukraina dan kurator mereka, yang tampaknya dipandu oleh ambisi politik pribadi mereka, dan bukan oleh kepentingan rakyat mereka,” ujar Putin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.