MONTREAL, KOMPAS.com - Organisasi Penerbangan Sipil Internasional atau ICAO pada Senin (12/5/2025) memutus bahwa Rusia bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17 di Ukraina pada 2014 yang menewaskan 298 orang di dalamnya.
Pesawat tersebut terbang dari Amsterdam, Belanda dan seharusnya mendarat di Kuala Lumpur, Malaysia.
Namun di tengah jalan, ketika terbang di atas Ukraina timur, pesawat tersebut ditembak jatuh oleh rudal permukaan-ke-udara Rusia.
Baca juga: PBB Setuju Adili Rusia terkait Penembakan Malaysia Airlines MH17
Di antara para korban adalah 196 warga negara Belanda dan 38 warga negara Australia, sebagaimana dilansir The Guardian, Selasa (13/5/2025).
"Federasi Rusia gagal menunaikan kewajibannya berdasarkan undang-undang udara internasional setelah menjatuhnkan Malaysia Airlines MH17 tahun 2014," bunyi pernyataan dari ICAO.
Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong mengatakan, pemerintahnya menyambut putusan ICAO. Wong juga mendesak ICAO untuk bergerak cepat menentukan ganti rugi yang sepadan.
"Kami menyerukan kepada Rusia untuk akhirnya menghadapi tanggung jawabnya atas tindakan kekerasan yang mengerikan ini dan memberikan ganti rugi untuk perilaku mengerikannya, seperti yang disyaratkan dalam hukum internasional," kata Wong dalam sebuah pernyataan.
Baca juga: Kremlin Bantah Putin Terlibat Penembakan Pesawat Malaysia Airlines MH17
Belanda dan Australia menginginkan, Dewan ICAO memerintahkan Rusia untuk melakukan negosiasi atas ganti rugi.
"Keputusan ini merupakan langkah penting untuk menetapkan kebenaran dan mencapai keadilan dan akuntabilitas bagi semua korban penerbangan MH17, dan keluarga serta orang -orang terkasih," kata Menteri Luar Negeri Belanda Caspar Veldkamp.
ICAO sendiri bermarkas di Montreal, Kanada, dan menetapkan standar penerbangan global yang diadopsi oleh 193 negara anggota.
ICAO mengatakan, ini adalah pertama kalinya dalam sejarah bahwa dewan organisasi tersebut bersuara bulat untuk mengatasi perselisihan antara negara-negara anggota ihwal kasus MH17.
Sebelum-sebelumnya, Australia dan Belanda bersuara keras menuntut kompensasi dan permintaan maaf dari Rusia atas tragedi tersebut.
Baca juga: Ada Indikasi Kuat Putin Berikan Separatis Rudal yang Tembak MH17
Akan tetapi, Rusia selalu membantah terlibat atas jatuhnya pesawat itu meski sudah ada temuan penyelidikan internasional.
Rusia juga secara sepihak menarik diri dari negosiasi dengan kedua negara pada Oktober 2020. Australia dan Belanda lantas meminta pertanggungjawaban dari Rusia melalui ICAO pada 2022.
Pada November 2022, pengadilan Belanda memvonis dua warga Rusia dan satu warga Ukraina secara in absentia atas tuduhan pembunuhan terkait serangan tersebut.
Rusia menolak putusan itu dan menegaskan tidak akan menyerahkan warganya.
Pada 2023, tim penyelidik internasional dari Belanda, Australia, Malaysia, Belgia, dan Ukraina mengatakan, ada indikasi kuat bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin secara pribadi telah menandatangani keputusan untuk memasok rudal yang menjatuhkan MH17.
Baca juga: Temuan Baru dari Jatuhnya Pesawat MH17 Akan Diungkap pada Februari 2023
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.