JAKARTA, KOMPAS.com - Manusia tak bisa menentukan takdir hidupnya.
Semua sudah diatur oleh Sang Pencipta dan manusia hanya perlu menjalaninya.
Begitupun dengan Moko (Chicco Kurniawan), seorang calon arsitek yang kehidupannya seketika berubah saat Agnes (Maudy Koesnaedi) dan Atmo (Kiki Narendra) meninggal dunia.
Baca juga: Freya JKT48 Belajar Cara Berkomunikasi dengan Keluarga lewat 1 Kakak 7 Ponakan
Sebelum mengembuskan napas terakhirnya, sang kakak bahkan melahirkan seorang bayi perempuan bernama Ima.
Seorang calon arsitek seketika gagal merancang desain kehidupan impian yang selama ini ada di benaknya.
Moko malah harus bergelut dengan kerasnya kehidupan merawat Woko (Fatih Unru,) Nina (Freya JKT48), dan Ano (Nadif).
Dan tentu saja Moko juga tiba-tiba harus menjadi ibu sekaligus ayah bagi Ima kecil.
Baca juga: Apakah Film 1 Kakak 7 Ponakan Lebih Menguras Air Mata?
Ironis sekali memang takdir hidup yang harus dijalani oleh Moko.
Di tengah peran sebagai sandwich generation yang datang tanpa aba-aba, Moko juga ketitipan Ais (Kawai Labiba) dari guru les pianonya dulu.
Beruntung Moko memiliki Maurin (Amanda Rawles) yang begitu tulus mendampingi di sisinya.
Tanpa Maurin, entah akan berbentuk seperti apa kehidupan Moko yang sudah terhimpit kondisi itu.
Baca juga: Chicco Kurniawan Latihan Gendong Bayi untuk Film 1 Kakak 7 Ponakan
Pengalaman menonton film 1 Kakak 7 Ponakan atau Sakatupo tentunya tak bisa diuraikan dalam kata-kata.
Yandy Laurens sebagai sutradara berhasil meracik suguhan drama yang hangat bagi segala kalangan usia.
Sekuat apapun Anda membangun pertahanan, air mata itu pasti akan jatuh juga di hadapan Sakatupo.
Baca juga: Film 1 Kakak 7 Ponakan Komitmen Tak Rekam Penonton di Bioskop untuk Materi Promosi
Yandy memiliki banyak cara untuk membuat penonton menangis melihat kisah hidup Moko dan para ponakannya.