KOMPAS.com - Badan Gizi Nasional (BGN) menegaskan bahwa hasil uji laboratorium terhadap sampel program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Cianjur menunjukkan tidak adanya kandungan racun.
Namun, program yang diluncurkan pemerintah untuk meningkatkan asupan nutrisi siswa diduga kembali membuat puluhan siswa di sejumlah daerah mengalami gejala keracunan usai mengonsumsi makanan dari program ini.
"Hasilnya sudah keluar dari lab, baik itu untuk tray-nya, airnya, fasilitas, termasuk masakan yang dikonsumsi siswa dan muntahannya. Alhamdulillah hasilnya negatif (racun)," ujar Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, dalam rapat bersama Komisi IX DPR RI, Selasa (6/5/2025).
Baca juga:
Ia menjelaskan bahwa pihaknya bertindak cepat dengan menguji berbagai sampel dari lokasi kejadian, termasuk makanan, air minum, dan muntahan siswa yang diduga mengalami keracunan.
Kendati demikian, Dadan menekankan bahwa pihaknya masih terus menelusuri penyebab gejala keracunan massal yang menimpa 72 siswa di dua sekolah di Cianjur.
Dalam rapat tersebut, Dadan menyampaikan kemungkinan bahwa kasus serupa yang terjadi di Bandung, Tasikmalaya, dan Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) bisa disebabkan oleh makanan yang dimasak terlalu awal dan tidak segera didistribusikan.
"Yang (kasus) di Bandung, di Tasikmalaya, di PALI, itu karena masakan terlalu awal dimasak dan tidak cepat untuk di-delivery," ujarnya.
Namun, Dadan menegaskan bahwa hal ini masih merupakan dugaan awal dan belum menjadi kesimpulan akhir. Ia mengaku masih menunggu laporan lengkap dari lapangan.
Baca juga:
Terkait kejadian di Kabupaten Bandung, Dadan mengungkapkan bahwa Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dimasak oleh seorang koki profesional karena sebelumnya tempat tersebut merupakan sebuah restoran.
"Chef-nya pun adalah chef restoran. Jadi, sebetulnya dari segi kualitas makanan, higienisnya sudah memenuhi syarat. Tapi, ada beberapa siswa yang terdampak," katanya.
Sementara itu, kasus di PALI, Sumatera Selatan, diduga berkaitan dengan teknik penyimpanan bahan makanan.
Dadan menjelaskan bahwa ikan yang digunakan diterima pada hari Jumat, kemudian dimasukkan ke dalam freezer.
Proses masak dilakukan dua tahap, yaitu setengah matang lalu dibekukan kembali, sebelum akhirnya dimasak ulang. Meski telah diuji dan dianggap aman, tetap saja terjadi kasus keracunan di lapangan.
Baca juga:
Insiden keracunan MBG tidak hanya terjadi di Cianjur. Kasus serupa tercatat di SMP Negeri 35 Bandung pada 30 April 2025, Yayasan Abu Bakar Ash-Shiddiq Tasikmalaya pada 1 Mei 2025, dan ratusan siswa di PALI, Sumatera Selatan, pada 5 Mei 2025. Akibat kasus tersebut, pelaksanaan MBG di PALI dihentikan sementara.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas MAN 1 Cianjur, Rahman Jaenudi, sebelumnya menginformasikan bahwa sebagian besar siswa yang terdampak di Cianjur telah pulang dari rumah sakit meskipun masih ada beberapa yang dalam perawatan.
Dadan menyampaikan bahwa pihaknya bersama instansi terkait akan terus mencari akar penyebab kejadian ini.
Ia juga meminta publik tidak berspekulasi sembari menunggu hasil investigasi lengkap.
"Kami sedang mencari kurang lebih apa sih yang sebetulnya menyebabkan (keracunan) karena dari segi masakan dari hasil lab itu negatif," kata Dadan.
Sebagian artikel ini telah tayang di dengan judul "".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.