KOMPAS.com - Nama Mbok Yem, atau yang memiliki nama asli Wakiyem, sudah tidak asing di kalangan pendaki Gunung Lawu.
Ia dikenal sebagai sosok legendaris yang membuka warung makan di ketinggian 3.150 meter di atas permukaan laut (mdpl), hanya 115 mdpl dari puncak Gunung Lawu.
Dilansir 优游国际.com (01/09/2022), warung tersebut berdiri sejak tahun 1980-an dan menjadi persinggahan utama bagi para pendaki. Mbok Yem tidak menjalankan warung seorang diri.
"Untuk stok dagangan, saya juga dibantu orang lain. Jadi, ada orang yang antar barang ke sini tiga kali dalam seminggu," ujarnya.
Menariknya, Mbok Yem tinggal di warung tersebut dan hanya turun gunung setahun sekali saat Lebaran.
“Yah, sekali setahun aja pulangnya. Waktu Lebaran,” tuturnya. Ia menyebutkan bahwa momen 17 Agustus dan bulan Suro adalah saat tersibuk karena Gunung Lawu ramai didatangi pendaki.
Baca juga: Legenda Gunung Lawu, Mbok Yem Meninggal Dunia di Usia 82 Tahun
Di usianya yang telah lanjut, Mbok Yem mulai menggunakan tandu untuk turun gunung.
“Sudah tua ya sekarang ditandu. Sudah tidak kuat seperti muda dulu. Dulu naik turun gunung menggendong barang,” ungkapnya.
Saiful Gimbal, keponakan Mbok Yem, menjelaskan bahwa setiap tahun Mbok Yem turun gunung untuk merayakan Lebaran bersama anak-anaknya.
"Anak Mbok Yem itu lima. Setiap tahun pasti turun gunung untuk Lebaran. Tahun kemarin habis shalat Id langsung Lebaran ke rumah anaknya yang kedua di Solo," jelas Saiful.
Biasanya, ketika mencapai Pos 2 dari jalur Cemoro Sewu, Mbok Yem akan digendong atau dituntun untuk naik. Ini menunjukkan betapa besar tekadnya untuk tetap menjaga warung dan berinteraksi dengan keluarga.
Baca juga: Legenda Gunung Lawu Mbok Yem Meninggal Dunia, Sempat Dirawat karena Pneumonia
Meski telah diminta anak dan cucunya untuk beristirahat, Mbok Yem tetap memilih tinggal dan berjualan di puncak gunung.
Ia merasa memiliki misi sosial dalam keberadaannya di sana. "Saya senang bisa menolong orang yang membutuhkan di sana. Mereka tidak perlu repot dan khawatir soal makan dan minum saat berada di Puncak Lawu,” ujarnya.
Lebih dari sekadar berjualan, Mbok Yem mengaku menemukan ketenangan batin di Gunung Lawu.
“Pokoknya di sana itu ingatan kita hanya kepada Yang Maha Kuasa saja. Saya tidak mikir yang lain,” tuturnya.