KOMPAS.com - Jelang keberangkatan haji, banyak calon jamaah haji perempuan yang khawatir ibadah mereka akan terganggu oleh menstruasi.
Untuk mengatasi masalah ini, dokter spesialis obstetri dan ginekologi dari Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), dr. Cepi Teguh Pramayadi, memberikan beberapa kiat tentang cara menunda haid dengan menggunakan obat hormon.
“Supaya ibadahnya lancar dan tidak terganggu oleh haid, yang perlu kita ketahui adalah kapan waktu yang tepat untuk meminum obatnya,” ujar dr. Cepi Teguh Pramayadi, Sp.OG(K)FER, MARS, dalam wawancara dengan ANTARA di Jakarta, Senin (9/5/2025).
Baca juga:
Menurut dr. Cepi, salah satu cara yang umum digunakan untuk menunda menstruasi adalah dengan mengonsumsi obat hormon. Obat ini mengandung hormon progesteron yang bertujuan untuk mengubah fase menstruasi sehingga haid bisa ditunda.
"Obat itu isinya hormon progesteron, tujuannya adalah membuat fase yang biasanya menstruasi menjadi berubah, sehingga haid bisa tertunda," ujarnya.
Waktu yang tepat untuk mulai mengonsumsi obat hormonal ini adalah 14 hari sebelum datangnya haid berikutnya, yaitu pada hari ke-14 dari siklus menstruasi pertama.
Untuk memudahkan perhitungan, dr. Cepi menyarankan penggunaan aplikasi pelacak siklus menstruasi.
Sebagai contoh, jika seseorang diperkirakan akan menstruasi pada tanggal 30 Mei, maka obat hormonal tersebut harus mulai dikonsumsi pada tanggal 16 Mei, atau 14 hari sebelumnya.
“Misalkan seseorang nanti menstruasi berikutnya pada tanggal 30 Mei, berarti minum obatnya dikurangin 14 hari dari tanggal 30. Jadi, mesti minum obatnya mulai dari tanggal 16 Mei,” jelas dr. Cepi.
Baca juga: Suhu Madinah Capai 45 Derajat, Ini Langkah Kesehatan untuk Jemaah Haji
Obat hormonal penunda haid ini sebaiknya dikonsumsi dua kali sehari sampai ibadah selesai. Menghentikan konsumsi obat sebelum ibadah selesai dapat menyebabkan menstruasi kembali muncul.
"Kalau masih ibadah namun obatnya berhenti dikonsumsi, besoknya bisa menstruasi padahal masih belum selesai ibadahnya," ungkap dr. Cepi.
Pada beberapa kasus, meskipun telah mengonsumsi obat hormon sesuai anjuran, beberapa perempuan mungkin mengalami spotting atau bercak darah. Dr. Cepi menjelaskan bahwa ini disebabkan oleh dinding rahim yang menipis akibat efek hormon dan bukan merupakan menstruasi.
"Spotting ini masih bisa ibadah. Karena sebetulnya spotting itu akibat dari dinding rahim yang tipis. Jadi bukan menstruasi itu sebetulnya," terang dr. Cepi.
Jika spotting terjadi, dosis obat bisa dinaikkan menjadi tiga kali sehari hingga bercak darah berhenti, dan kemudian dosis dikembalikan menjadi dua kali sehari.
Baca juga:
Meskipun obat hormon ini efektif dalam menunda haid, dr. Cepi mengingatkan bahwa ada kemungkinan efek samping ringan seperti mual atau pusing, terutama di awal penggunaan. Namun, efek samping tersebut tidak mengganggu kualitas hidup atau aktivitas sehari-hari.