KOMPAS.com - Persekutuan Uli Lima dan Uli Siwa berkembang pada masa Kerajaan Ternate dan Tidore di Kepulauan Maluku.
Uli Lima artinya persekutuan lima negeri, yang dipimpin oleh Kerajaan Ternate.
Uli Lima terdiri dari Kerajaan Ternate, Obi, Bacan, Seram, dan Ambon. Sedangkan Uli Siwa atau persekutuan sembilan negeri dipimpin oleh Kerajaan Tidore.
Uli Siwa terdiri dari Kerajaan Tidore, Jailolo, Makian, Halmahera, Kai, dan pulau-pulau di sekitarnya hingga Papuan bagian barat.
Lantas, apa latar belakang dibentuknya Uli Lima dan Uli Siwa, serta apa tujuan dari persekutuan ini?
Baca juga: Arti Penting Kerajaan Ternate dalam Dunia Perdagangan pada Masa Lalu
Munculnya persekutuan daerah Uli Lima dan Uli Siwa di daerah Maluku disebabkan oleh kepentingan penguasaan perdagangan rempah-rempah.
Sejak zaman dulu, Kepulauan Maluku terkenal sebagai penghasil rempah-rempah yang menjadi komoditas perdagangan dunia.
Di Kepulauan Maluku, berdiri Kerajaan Ternate dan Kerajaan Tidore, serta beberapa kerajaan kecil.
Kerajaan Ternate dan Tidore merupakan dua kerajaan terbesar yang kuat dan makmur, serta memiliki pengaruh yang besar di sektor ekonomi, politik, dan militer.
Kerajaan Ternate menguasai wilayah barat, seperti Ambon dan daerah Pulau Seram, sedangkan Tidore menguasai wilayah timur.
Seiring dengan pesatnya perkembangan perdagangan rempah-rempah, Kerajaan Ternate dan Tidore pun bersaing memperebutkan pengaruh dan kekuasaan terhadap daerah di sekitarnya.
Karena kepentingan penguasaan perdagangan rempah-rempah itulah, dibentuk persekutuan Uli Lima dan Uli Siwa.
Baca juga: Mengapa Ternate Dapat Berkembang Menjadi Kerajaan Maritim?
Pembentukan Uli Lima dan Uli Siwa oleh Kerajaan Ternate dan Tidore bertujuan untuk memperluas daerah kekuasaan.
Mengingat produksi rempah di Maluku yang melimpah, wilayah mereka ramai dikunjungi oleh para pedagang dari dalam maupun luar negeri.
Karenanya, Ternate dan Tidore kerap bersaing memperebutkan hegemoni politik kawasan untuk menguasai perdagangan rempah-rempah.