KOMPAS.com – Pemerintah Indonesia sedang menggenjot pemberian vaksin booster guna menghadapi gelombang Omicron.
Instruksi pemberian vaksin booster ditetapkan dalam tentang Vaksinasi COVID-19 Dosis Lanjutan (Booster).
Sebagai tindak lanjut dari aturan tersebut, BPOM dan ITAGI (Indonesian Technical Advisory Group on Immunization) mengeluarkan izin enam jenis vaksin yang bisa digunakan sebagai vaksinasi booster.
Keenam jenis vaksin tersebut di antaranya:
Dari keenam jenis vaksin tersebut, pemerintah menggunakan vaksin jenis Pfizer, AstraZeneca, dan Moderna untuk vaksin booster yang akan diberikan pada triwulan pertama tahun 2022.
Baca juga: Catat, Jenis dan Dosis Vaksin Booster yang Bisa Didapatkan Masyarakat
Dilansir dari Senin (14/2/2022), vaksin booster dapat meningkatkan perlindungan tubuh terhadap virus Covid-19.
Kendati demikian, efektivitas vaksin booster tersebut akan berkurang dari waktu ke waktu.
Efektivitas ini akan berkurang setelah empat bulan sejak suntikan vaksin booster diberikan. Data tersebut sebagaimana dilaporkan oleh Jumat (11/2/2022).
Kendati demikian, CDC menyebutkan, efektivitas vaksin booster pada pasien Covid-19 lebih tinggi jika dibandingkan dengan vaksin kedua.
Efektivitas vaksin booster bisa mencapai 87 persen dan 91 persen pada bulan kedua sejak suntikan vaksin booster diberikan.
Sementara di bulan keempat, tingkat efektivitas vaksin booster memang mengalami penurunan menjadi 67 persen dan 78 persen.
Baca juga: Membandingkan Efektivitas Vaksin Booster: Pfizer, AstraZeneca, dan Moderna
Kendati efektivitas vaksin booster akan mengalami penurunan dari waktu ke waktu, CDC tetap mengimbau agar masyarakat seluruh dunia segera melakukan vaksinasi booster.
Pasalnya, dilansir dari laman Senin (14/2/2022), vaksin booster sangat direkomendasikan untuk melindungi pasien dari risiko rawat inap dan IGD akibat paparan virus Covid-19 termasuk varian Omicron.
Sebagaimana diberitakan para ahli telah mengatakan bahwa untuk sementara waktu vaksin booster COVID-19 dapat memberikan perlindungan yang kuat terhadap virus corona, termasuk varian Omicron yang sangat menular.
Pada akhir Januari lalu, CDC juga telah melakukan studi mengenai pusat perawatan kesehatan di 10 negara bagian, termasuk Intermountain Healthcare di Utah.