KOMPAS.com - Layanan pemantau perubahan iklim bentukan Uni Eropa, Copernicus Climate Change Service (C3S) menetapkan 2023 sebagai tahun terpanas, setidaknya dalam 100.000 tahun terakhir, Selasa (9/1/2024).
Hampir setengah tahun pada 2023, rata-rata suhu global mencapai kenaikan 1,48 derajat celsius, hampir mendekati batas 1,5 derajat celsius yang disepakati dalam Perjanjian Paris.
”Ini juga merupakan tahun pertama dengan suhu harian lebih hangat 1 derajat dibandingkan periode pra-Industri,” ucap Samantha Burgess, Wakil Kepala Layanan Perubahan Iklim C3S, dikutip dari .
Mengacu pada analisis BBC terhadap data Copernicus Climate Change Service, peningkatan suhu sepanjang 2023 dipicu oleh kondisi El Nino yang terjadi.
El Nino adalah anomali pada suhu permukaan laut di Samudra Pasifik di pantai barat Ekuador dan Peru yang lebih panas daripada rata-rata normalnya.
Hal ini menyebabkan pertumbuhan awan bergeser dari wilayah Indonesia ke wilayah Samudra Pasifik bagian tengah. Akibatnya, jumlah curah hujan di Indonesia berkurang.
Lantas, apakah suhu panas akan berlanjut di 2024?
Kepala Pusat Penelitian Iklim dan Suasana (PRIMA) dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Prof Edvin Aldrian mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan apakah El Nino akan terus terjadi di 2024 atau tidak.
"Belum bisa," kata dia saat dihubungi 优游国际.com, Rabu (10/1/2024).
Potensi El Nino baru dapat diketahui pada akhir musim Spring 2024 untuk memastikan apakah suhu panas masih akan terjadi pada 2024.
"Nanti kita akan lihat lagi akhir Spring, bulan Maret, April, Mei dan Juni. Jadi biasanya kita menunggu akhir Spring," kata Edvin.
Hal ini karena El Nino berakhir pada akhir musim Spring. Setelah itu, baru dapat dipastikan lagi apakah ada kecenderungan El Nino, netral, atau La Nina.
Sepanjang tahun 2023, Edvin mengatakan bahwa El Nino berada pada level moderat sehingga menyebabkan suhu permukaan air laut menjadi sejuk.
Bahkan pada Desember 2023 kemarin, kata Edvin, ditetapkan sebagai musim Summer terpanas di muka bumi.
Diberitakan sebelumnya, Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Ardhasena Sopaheluwakan mengatakan bahwa El Nino diprediksi akan berakhir pada Maret-Mei 2024.