KOMPAS.com - Aligator gar termasuk jenis ikan invasif yang hidup di perairan air tawar.
Ikan ini sempat menjadi perbincangan lantaran seorang kakek di Malang, Jawa Timur, Piyono (61) dihukum karena memelihara aligator gar.
Jenis binatang ini dilarang dipelihara karena invasif dan dapat membahayakan ekosistem perairan lokal.
Larangan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 19/Permen-KP/2020 tentang Larangan Pemasukan, Pembudidayaan, Peredaran, dan Pengeluaran Jenis Ikan yang Membahayakan dan/atau Merugikan ke Dalam dan dari Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia.
Diketahui, ikan ini memiliki keunikan tersendiri karena sudah ada sejak zaman dinosaurus.
Baca juga: Sanksi jika Memelihara Ikan Invasif yang Dilarang di Indonesia, Ada Aligator Gar dan Piranha
Seorang ahli sekaligus pembawa acara River Monsters, Jeremy Wade menjuluki aligator gar sebagai “monster prasejarah sejati.”
Fosil dari aligator gar menunjukkan, hewan ini sudah ada 100 juta tahun yang lalu atau selama periode Cretaceous, dikutip dari Live Science, Sabtu (5/10/2024).
Periode Cretaceous berlangsung antara 145 juta hingga 66 juta tahun yang lalu, yakni ketika dinosaurus menjelajahi Bumi.
Meskipun telah ada ratusan juta tahun yang lalu, spesies ini hampir tidak mengalami perubahan.
Sebuah studi belum lama ini menemukan, aligator gar memiliki tingkat evolusi paling lambat dari semua vertebrata berahang.
Baca juga: Bikin Kakek di Malang Dibui, Kenapa Ikan Aligator Gar Tak Boleh Dipelihara di Indonesia?
Ahli ekologi perairan dari Minnesota University, Solomon David menyampaikan, selama jutaan tahun, DNA dan RNA mereka telah berubah hingga tiga kali lipat lebih lambat daripada kelompok vertebrata besar lainnya, seperti coelacanth dan hiu.
Para ilmuwan meyakini, hal ini mungkin disebabkan oleh mekanisme perbaikan DNA yang terlalu aktif, dilansir dari National Geographic, Rabu (27/3/2024).
Evolusi dari ikan aligator yang lambat merupakan sebuah keanehan genetik yang dapat menghasilkan kemajuan dalam pengobatan manusia.
Selain itu, evolusi dalam jangka waktu yang begitu lama biasanya menghasilkan spesies yang sangat berbeda dan tidak akan pernah dapat bereproduksi.
Baca juga: Video Viral Detik-detik Pawang Hampir Digigit Aligator
Apabila dibandingkan, mamalia berplasenta seperti manusia memiliki tingkat mutasi sekitar 0,02 mutasi per juta tahun.