ÓÅÓιú¼Ê

Baca berita tanpa iklan.

Warisan Pemikiran Thomas Paine

ÓÅÓιú¼Ê.com - 31/01/2025, 21:13 WIB
Jaya Suprana,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

NYARIS 250 tahun yang lalu, mahakarya warisan pemikiran Thomas Paine berupa pamllet berjudul Common Sense pertama kali dicetak.

Secara subyektif, saya merasakan kemiripan nasib Thomas Paine dengan Tan Malaka berdasar fakta kedua tokoh pemikir sama-sama dipuja-puji sekaligus dihujat.

Tulisan pemikiran Tan Malaka memantik revolusi kemerdekaan Indonesia yang kemudian memengaruhi gerakan kemerdekaan negara-negara Asia-Afrika.

Sementara warisan pemikiran Thomas Paine tertuang ke dalam pamflet Common Sense dialamatkan kepada kaum non-pribumi Amerika Serikat memicu revolusi kemerdekaan Amerika Serikat disusul Rights of Man yang memengaruhi revolusi Perancis kemudian revolusi Rusia melahirkan Uni Sowyet sambil memelopori gerakan hak asasi manusia di seluruh pelosok dunia.

Baik Malaka maupun Paine sama-sama dipuja di negeri masing-masing sebagai pahlawan nasional, namun sekaligus juga dianggap tokoh berbahaya merusak peradaban akibat pandangan kritis negatif terhadap agama.

Pemikiran Paine bahkan dianggap cukup berpengaruh akibat memantapkan mashab atheisme di Eropa .

Ensiklopedia Brittanica mengawali ulasan tentang Thomas Paine dengan pernyataan: "These are the times that try men's souls." yang disusul “This simple quotation from Founding Father Thomas Paine's The American Crisis not only describes the beginnings of the American Revolution, but also the life of Paine himself. Throughout most of his life, his writings inspired passion, but also brought him great criticism. He communicated the ideas of the Revolution to common farmers as easily as to intellectuals, creating prose that stirred the hearts of the fledgling United States. He had a grand vision for society: he was staunchly anti-slavery, and he was one of the first to advocate a world peace organization and social security for the poor and elderly. But his radical views on religion would destroy his success, and by the end of his life, only a handful of people attended his funeral“.

Warisan pemikiran Thomas Paine terhadap agama dilanjutkan oleh Karl Marx disusul oleh Bertrand Russel di Inggris berkomplot batin dengan Jean Paul Sartre di Perancis.

Pandangan kritis Thomas Paine terhadap geopolitik Amerika Serikat senapas pandangan kritis Russel dan Sartre terhadap agresi geopolitik dilakukan Amerika Serikat terhadap Vietnam maupun Korea yang bahkan masih berlanjut sampai masa kini.

Thomas Paine menghembuskan nafas terakhir di New York, pada saat mana surat kabar Amerika Serikat menggaungkan catatan obituari warga kota New York “He had lived long, did some good and much harm.” 

Vonis tidak terlalu bagus ini bertahan selama lebih dari satu abad, namun air pasang menghentikan proses surut tatkala pada edisi 30 Januari 1937, The Times London menobatkan Thomas Paine sebagai “The English Voltaire” serta pada 18 Mei 1952, monumen Thomas Paine resmi didirikan di Hall of Fame Universitas New York.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita ÓÅÓιú¼Ê.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan.
Baca berita tanpa iklan.
Komentar
Baca berita tanpa iklan.
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi ÓÅÓιú¼Ê.com
Network

Copyright 2008 - 2025 ÓÅÓιú¼Ê. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses ÓÅÓιú¼Ê.com
atau