KOMPAS.com - Para peneliti di Colossal Biosciences, Dallas, Amerika Serikat (AS) berhasil menciptakan tikus laboratorium berbulu yang diyakini sebagai langkah awal "menghidupkan" mamut purba.
Berbeda dari tikus pada umumnya, hewan pengerat hasil rekayasa genetika ini memiliki kumis keriting dan bulu tipis bergelombang.
Menurut Colossal, tikus berbulu ini dapat mengungkap pengaruh urutan DNA tertentu dengan ciri-ciri mamut yang telah punah sekitar 4.000 tahun lalu.
"Ini merupakan langkah penting untuk memvalidasi pendekatan kami untuk menghidupkan kembali sifat yang telah hilang karena kepunahan dan tujuan kami adalah untuk memulihkannya," kata kepala penelitian Colossal Biosciences, Beth Shapiro, dikutip dari CNN, Rabu (5/3/2025).
Baca juga: Peneliti Ungkap Mammoth Punah Karena Hidung Tersumbat Akibat Alergi
Penciptaan tikus berbulu ini dilakukan dengan mengidentifikasi varian genetik yang membuat mamut memiliki ciri yang berbeda dengan gajah.
Para peneliti kemudian menentukan ada 10 varian genetik yang berkaitan dengan panjang rambut, ketebalan, tekstur, warna, dan lemak tubuh pada DNA tikus laboratorium yang serupa dengan DNA mamut.
Sebagai contoh, mereka menargetkan gen FGF5 yang diketahui berperan menciptakan rambut panjang dan kusut.
Tim juga mengubah fungsi tiga gen yang berkaitan dengan perkembangan dan struktur folikel rambut untuk menghasilkan tekstur rambut berbulu, mantel bergelombang, dan kumis keriting.
Gen lainnya adalah MC1R, yang berfungsi mengatur produksi melanin sehingga tikus memiliki warna bulu keemasan.
Secara keseluruhan, para peneliti melakukan delapan rekayasa dengan menggunakan tiga teknik mutakhir terhadap tujuh gen tikus.
"Saya pikir kemampuan untuk merekayasa beberapa gen tikus pada saat yang bersamaan untuk mendapatkan penampilan berbulu yang diharapkan adalah langkah yang sangat penting," kata profesor genomik evolusi di Stockholm University sekaligus penasihat di Colossal, Love Dalen.
Baca juga: Mengenal Gajah Purba Mammoth, Apa Bedanya dengan Gajah Modern?
Menurut kepala laboratorium biologi sel punca dan genetika perkembangan di The Francis Crick Institute, London, Robin Lovell-Badge, secara teknis penelitian ini cukup mengesankan dengan rekayasa genetik yang tepat.
Namun, menurut studi hal tersebut belum sempurna, karena dalam uraian makalah Colossal Biosciences tidak membahas apakah tikus berbulu ini tahan terhadap suhu dingin seperti mamut.
"Kita memiliki beberapa tikus berbulu yang tampak lucu, tanpa pemahaman tentang fisiologi, perilaku, dan lainnya. Masih jauh untuk mengetahui apakah mereka bisa memiliki sifat seperti gajah," paparnya.
Sejumlah ilmuwan lain juga menyikapi hasil penelitian ini dengan skeptis, sebagaimana dilaporkan BBC, Rabu.