SALAH satu tindakan purba yang sudah lama dilakukan manusia adalah “pemberian”. Jika ditelisik lebih dalam pada praktik kehidupan sosial, tindakan memberi seringkali menjadi ekspresi tulus dari kepedulian dan keinginan membantu sesama.
Pemberian dianggap sebagai bagian dari kebaikan yang membawa manfaat tidak hanya bagi penerima, tetapi juga bagi pemberi yang merasa lega telah berbuat sesuatu yang bermakna.
Namun, tidak semua pemberian berujung pada kebaikan jangka panjang. Ketika bantuan diberikan tanpa visi pemberdayaan, maka yang terjadi bukanlah kemandirian, melainkan ketergantungan.
Inilah residu kebaikan yang kemudian kadang berujung pada hal-hal yang dalam beberapa kasus, ketergantungan itu berubah menjadi tekanan, tuntutan, hingga ancaman terhadap pihak yang memberi.
优游国际.com (05/04/2025) melaporkan peristiwa yang terjadi di pemukiman, seorang warga (dalam berita disebut “sang paman”) secara rutin membagikan sembako dan bantuan keuangan kepada masyarakat sekitar.
Baca juga:
Pada awalnya, bantuan ini sangat diapresiasi dan dianggap sebagai bentuk solidaritas sosial. Namun, ketika bantuan tersebut terhenti karena satu dan lain hal, sebagian warga bereaksi keras.
Mereka menuntut agar bantuan kembali diberikan, bahkan beberapa di antaranya melakukan tindakan negatif terhadap sang dermawan.
Tentu saja, peristiwa ini memperlihatkan sisi lain dari kebaikan yang tidak diiringi dengan pendekatan pemberdayaan: niat baik bisa berubah menjadi konflik sosial antartetangga.
Lalu, bagaimana kita membaca fenomena seperti ini?
Sebenarnya akar persoalan dari kejadian tersebut dan mungkin juga peristiwa serupa terkait pemberian, terletak pada absennya pendekatan pemberdayaan dalam praktik pemberian.
Pemberian memang merupakan instrumen paling “jitu” dalam merayu warga agar berkumpul, mendengarkan, dan menerima penjelasan.
Namun sebenarnya, memberi bukan sekadar menyerahkan bantuan. Di dalam tindakannya tersebut, sebaiknya juga menyertakan upaya untuk membuat penerima mampu berdiri di atas kakinya sendiri. Itulah pemberian yang memberdayakan.
Pemberdayaan adalah proses terencana, bertahap, sistematis, dan evaluatif yang bertujuan meningkatkan kapasitas seseorang atau kelompok agar dapat mandiri dan lepas dari ketergantungan.
Visi ini bisa dilakukan melalui pelatihan keterampilan, akses pada modal usaha, atau pendampingan usaha dari awal sampai diterminasi.
Tanpa itu semua, penerima akan terus berada dalam posisi pasif, menunggu dan menggantungkan hidupnya pada kemurahan pihak lain.