KOMPAS.com - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti menyoroti kurangnya konkretisasi metode pembelajaran dan pentingnya inovasi dalam proses belajar mengajar.
Namun, menurut Mu'ti, salah satu permasalahan dunia pendidikan berakar dari anggapan untuk menghadirkan inovasi diperlukan sesuatu yang besar dan cenderung revolusioner.
“Kelemahan kita dalam dunia pendidikan bahkan dalam bangsa itu, kita senantiasa berpikir perubahan itu revolusioner, dan berharap kita itu punya seperti Bandung Bondowoso yang membangun candi semalam," kata Mu'ti dikutip dari keterangan tertulis, Selasa (11/2/2025).
Padahal, lanjut Mu'ti, perubahan yang dilakukan para guru tidak selalu berbentuk perubahan besar.
Baca juga: Apa Itu Ruang GTK Gantinya Platform Merdeka Belajar? Ini Cara Akses bagi Guru
Dia menerangkan, perubahan hadir dari melakukan hal-hal kecil yang akan berdampak besar, terutama dalam dunia pendidikan.
“Kita itu bisa berubah gradual dan bertahap, dan perubahan-perubahan itu bisa berdampak kalau kita melaksanakannya bersama-sama," ujarnya.
Mu'ti mengatakan, hal ini sejalan dengan program Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang digagas Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen).
Program itu membuat siswa menerapkan pembiasaan-pembiasaan kecil, akan menjadi sebuah kebiasaan yang harapannya akan membentuk anak memiliki fisik, mental, serta karakter yang kuat dalam menghadapi tantangan dunia yang semakin maju.
“Misalnya anaknya biasanya bangun pagi susah, kemudian sekarang ada tujuh kebiasaan mulai dari bangun pagi yang ditanamkan oleh sekolah, sekarang anak justru bisa membangunkan orang tuanya, itu perubahan, dan itu empiris, kecil tetapi punya makna yang besar, sehingga inovasi itu sekali lagi tidak harus sesuatu yang revolusioner, simpel tetapi bermakna dan itu harus dicari oleh semua guru dan penyelenggara pendidikan," ujarnya.
Baca juga: Pemerintah Akan Terapkan Pendekatan Belajar Deep Learning, Apa Itu?
Mu'ti juga menyinggung salah satu pendekatan inovatif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran yakni konsep bagaimana otak itu bekerja dalam proses belajar yang bisa didapatkan dari melalui metode Deep Learning.
"Itulah yang nanti coba kita lakukan di dalam inovasi ini di program kami, dengan deep learning itu kan mulainya dari mindful learning dan meaningful learning, serta joyful learning," ungkapnya.
Adapun mindful learning bertujuan untuk memastikan bahwa murid benar-benar menggunakan pikirannya dalam memahami pelajaran.
Proses ini mendorong murid untuk aktif berpikir, bukan sekadar menerima informasi secara pasif.
Ketika murid terlibat secara mendalam dalam proses belajar, mereka akan lebih memahami materi dan memiliki pengalaman belajar yang lebih bermakna.
Selain itu, melalui metode ini, guru tidak hanya menyampaikan materi tetapi juga mendorong murid untuk berpikir kritis.
Baca juga: Mendikdasmen Sebut Nasib Kurikulum Merdeka Ditentukan di Awal Tahun Ajaran