优游国际

JAKARTA, KOMPAS.com - Efisiensi anggaran riset di Kementerian Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi (Kemdiktisaintek) menjadi sorotan dari pihak peneliti.

Keberpihakan pemerintah terhadap kemajuan ilmu pengetahuan menjadi pertanyaan di tengah wacana pemotongan anggaran untuk riset.

Peneliti perempuan diaspora Indonesia dan ilmuwan yang berkiprah di Jepang, Sastia Prama Putri mengatakan, pendidikan dan kesehatan merupakan dua sektor yang sangat fundamental untuk perkembangan suatu negara.

Investasi sebuah untuk riset, lanjut Sastia, berkontribusi langsung untuk peningkatan inovasi, daya saing, competitive advantage dan sustainable development.

“Semua pejabat dan pembuat policy di negara kita pasti tahu persis hal tersebut (pentingnya riset) tapi dengan pemangkasan anggaran riset dari yang sudah sangat kecil proporsinya dari GDP malah dipotong lagi menunjukkan prioritas pemerintah kita di mana?,” ujar Sastia dalam pesan singkat kepada 优游国际.com baru-baru ini.

Baca juga: Efisiensi Anggaran Riset dan Dampaknya pada Inovasi Dosen

Menurutnya, daya saing bangsa harus didukung oleh kemampuan bangsa untuk memetakan; mengolah dan mengambil langkah strategis untuk memanfaatkan sumber daya yang ada supaya ada peningkatan nilai tambah.

Ia menyayangkan kebijakan terkait riset di Indonesia kerap berganti setiap pemerintahan berganti.

“Kebijakan Indonesia untuk riset di tanah air seperti kaset rusak yang terus mengulang lagu lama dan kembali ke titik 0 bahkan kemunduran,” tambah Sastia.

Sastia paham jika Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan Kemdiktisaintek, Fauzan Adziman tak ingin anggaran dana untuk riset dipotong. Ia menyebut Fauzan pasti paham betul pentingnya riset dan inovasi.

“Dengan pemangkasan dan efisiensi dana riset ini, harapan kita untuk menjadi bangsa besar berdaya saing tinggi dengan melahirkan inovasi inovasi karya anak bangsa sendiri makin menipis,” pungkas Sastia.

Sebelummya, Kementerian Pendidikan Tinggi Sains Teknologi (Kemendiktisaintek) berencana memotong anggaran untuk riset imbas efisiensi angggaran tahun 2025.

Baca juga:

Ia menyebutkan, Kemendiktisaintek masih berupaya untuk seminimal mungkin terkait pemotongan dana untuk riset.

“Kami dari riset dan pengembangan tentunya juga menjadi bagian dalam proses efisiensi ini (anggaran). Jadi kami masih berupaya untuk tidak lebih kecil lagi,” ujar Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan Kemendiktisaintek Fauzan Adziman dalam bincang pagi bersama wartawan di kantornya, Selasa (11/2/2025).

Menurutnya, besaran dana riset dari sisi Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) kecil. Namun di sisi lain, ada beberapa aturan seperti Undang-Undang No 12 Tahun 2012 terkait pendanaan perguruan tinggi yaitu anggaran dana riset harus sebesar 30 persen dari Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN).

Ia menilai anggaran penelitian di kementeriannya sudah kecil. “Jadi tahun 2024 dari jumlah proposal yang masuk kami itu hanya bisa mendanai sebesar 7 persen. Hanya 7 persen dari dana sekitar Rp 1,2 triliun,” kata Fauzan.

Fauzan menyebutkan, pihaknya pada tahun 2024 hanya bisa membiayai sekitar 7 persen dari total proposal yang masuk. Jumlah pendanaan tersebut hanya sekitar 7 persen dari Rp 1,2 triliun.

“Jadi kalau dana kementerian kita Rp57 triliun, dana riset kita ini sekitar Rp1,2 triliun sehingga masih sangat kecil. Jadi kami masih mencoba merasionalisasikan agar potongan di dana riset itu sekecil-kecilnya gitu,” ujar Fauzan.