优游国际

KOMPAS.com - Hantu Burma (nama lain negara Myanmar) kurang lebih memiliki tinggi 2 meter. Terkenal dengan keganasan dan besar tubuhnya. Hantu Burma punya telinga dan taring yang sangat besar juga panjang.

Dengan deskripsi 'penampakan' mereka, jelas hantu-hantu Burma akan menjadi penumpang truk yang sangat berat, bukan?

Kisah ini ditulis oleh kepada BBC Travel, 13 November 2019. Pada 2010, Will datang ke Nay Pyi Taw untuk berbicara dengan Kapten Aung Khant dari militer Myanmar tentang relokasi permakaman di wilayah Tatkon, salah satu daerah di Naypyitaw.

Rupanya, relokasi itu tak hanya memindahkan kuburan dan jasad. Sebuah kepercayaan spiritual Burma kuno meyakini bahwa relokasi kuburan harus juga disertai dengan relokasi arwah.

Tidak seperti kota lain di Myanmar, Naypyitaw yang bermakna tempat tinggal para raja sangat luas dan jarang berpenduduk. 

Lalu lintasnya sepi dan hanya sedikit kendaraan yang dapat dilihat. Kota ini pada 2006  menjadi ibu kota baru Myanmar dari sebelumnya Yangon.

Baca juga: Kisah Misteri: Benarkah Nazi Menjalin Asmara dengan Sihir, Pseudosains dan Ilmu Gaib?

Meski begitu pemindahannya belum total sehingga pada 2010, Kapten Aung memiliki misi merelokasi sebuah permakaman untuk mendirikan biara dan gedung pengadilan distrik.

Alasan pemindahan ibu kota dari Yangon ke Naypyitaw juga sebenarnya kurang jelas, bercampur antara kepentingan politik karena Yangon dekat dengan laut dan berisiko diinvasi, juga karena sebuah ramalan.

Seorang peramal memperingatkan mantan Perdana Menteri Burma Than Shwe bahwa jika dia tidak memindahkan ibu kota, dia dan rezimnya akan jatuh. 

Tidak seperti Yangon yang masih dihantui oleh hantu-hantu masa kolonial, Naypyitaw diharapkan harus bersih dari hantu!

Baca juga: [Kisah Misteri] Kasus Pembantaian Massal di Kapal Ikan Investor 1982 di Alaska, Siapa Pembunuhnya dan Mengapa?

Hantu-hantu dipindah menggunakan truk

Di Myanmar, relokasi kuburan bisa menjadi kontroversi, dan kerabat orang mati tidak selalu senang dengan pemindahan orang yang mereka cintai.

Namun relokasi itu terjadi pada 2010, setahun sebelum berakhirnya junta militer yang hampir setengah abad merajai negara itu.

Jadi, warga Tatkon tidak bisa berbuat banyak.

Seorang pakar di bidang agama Burma, Benedicte Brac de La Perriere mengatakan bahwa pada Perang Dunia II, permakaman di Tatkon berisi para tentara Jepang yang mati.

Dalam keyakinan orang Burma, mereka yang mati karena menderita akibat kekerasan dan perang akan menyisakan spirit yang tidak bisa dilepaskan begitu saja oleh prosesi pemakaman.