SORONG, KOMPAS.com — Sosok Robert Francis Prevost, yang kini menjabat sebagai Paus Leo XIV, ternyata memiliki hubungan yang erat dengan Papua, Indonesia, terutama umat Katolik di wilayah Papua Barat Daya.
Sebelum terpilih sebagai pemimpin ke-267 Gereja Katolik Sedunia, Paus Leo XIV pernah menapakkan kaki di tanah Papua pada 2003 dan meninggalkan kesan mendalam di hati umat lokal.
Kunjungan tersebut terjadi saat Prevost masih menjabat sebagai Prior Jenderal Ordo Santo Agustinus (OSA), dalam rangka memperingati lima dekade karya misi OSA di Papua.
Baca juga: Paus Leo XIV, Orang AS Berjiwa Amerika Latin dengan Visi Rerum Novarum
Ia tidak hanya mengunjungi pusat kota, tetapi juga menjelajah hingga ke pelosok pedalaman, tempat umat Katolik hidup dalam kesederhanaan dan jauh dari akses utama.
Kunjungan Prevost ke Paroki Santo Yosep Ayawasi di Kabupaten Maybrat dan Paroki Santo Yosep Senopi di Kabupaten Tambrauw menjadi pengalaman berkesan bagi masyarakat setempat.
Hal itu disampaikan oleh Pater Markus Malar, yang kala itu masih menjadi novis. Ia melihat Prevost sebagai sosok yang sederhana dan bersedia membaur dengan umat di pedalaman.
”Saat itu paroki di Ayawasi dan Senopi masih sangat sederhana, termasuk suasana kampung masih sangat sederhana. Namun, beliau masih mau berkunjung ke sana, menginap di sana. Merasakan indahnya alam Papua di pedalaman serta persaudaraan dan persahabatan bersama umat,” kata Markus.
Selain sederhana, Prevost juga digambarkan sebagai sosok yang ramah dan sangat humanis.
”Sebagai novis, saat itu kami bisa duduk satu meja. Makan satu meja dengan Pater Robert Francis Prevost. Beliau orangnya sangat humanis, sangat ramah, dan sederhana. Saya sangat kagum dengan kecerdasan, kesederhanaan, dan kerendahan hatinya,” ucapnya.
Menurut Jan Pieter, Prevost, yang mampu berbicara dalam berbagai bahasa, seperti Italia, Perancis, Spanyol, Inggris, tetap membumi, sehingga membuatnya mudah diterima di berbagai komunitas internasional.
"Beliau adalah figur yang mampu memberikan seruan hidup sederhana di tengah dunia yang semakin materialistis," ujarnya.
Sosoknya dianggap mewakili semangat gereja yang inklusif dan penuh kasih terhadap mereka yang terpinggirkan.
Salah satu warisan paling nyata dari kunjungan Robert Prevost ke Papua adalah dorongannya terhadap pendidikan untuk masyarakat asli.
Saat itu, Paus Leo XIV berkesempatan memberi seminar di SMA Santo Agustinus Sorong.
Baca juga: Paus Leo XIV Serukan Perlawanan Terhadap Krisis Iman di Misa Perdananya
Keterlibatannya dalam dunia pendidikan ini mencerminkan perhatiannya terhadap masa depan generasi muda Papua, terutama mereka yang berasal dari komunitas terpinggirkan.