PETRA, KOMPAS.com - Kota gurun Petra kebanjiran setelah hujan deras menghantam situs arkeologi batu kuno satu dari tujuh keajaiban dunia itu, dan memaksa evakuasi ratusan turis.
Air dari pegunungan terdekat di Yordania menyembur ke kota batu “merah mawar” ikonik yang telah berdiri selama 2.000 tahun.
Diperkirakan 1.700 turis dan penduduk lokal diperintahkan untuk mengungsi dari daerah tersebut demi keselamatan mereka.
Baca juga: Banjir Landa Ibu Kota Republik Demokratik Kongo, 100 Penduduk Tewas
Peringatan dikeluarkan mengingat ancaman yang mungkin timbul setelah banjir serupa di lokasi tersebut menyebabkan 13 orang tewas pada 2018.
Cuplikan video dari objek wisata yang paling banyak dikunjungi di Yordania, 150 mil selatan Yerusalem menunjukkan air turun deras dari atas ngarai ke pintu masuk kuil Petra saat turis yang panik melarikan diri.
Luapan air kemudian mengalir seperti sungai melalui celah ngarai yang biasanya kering berbatu, jalur yang biasa dilalui wisatawan.
“Pemerintah Yordania telah mengevakuasi sekitar 1.700 wisatawan di Petra karena hujan lebat,” kata Otoritas Kawasan Pengembangan dan Pariwisata Petra sebagaimana dilansir pada Selasa (27/12/2022).
Di kota tetangga Maan, tiga orang terluka akibat banjir setelah sebuah minibus tersapu oleh amukan arus deras.
Baca juga: Jelang Pemilu Malaysia, Ribuan Orang Dievakuasi Akibat Banjir Bandang
View this post on Instagram
Pada 2018, air banjir naik setinggi 13 kaki (nyaris 5,5 meter) dan menyapu lebih dari selusin orang, memaksa 4.000 orang mengungsi.
Banjir bandang fatal sebelumnya yang melanda Petra terjadi pada 1963. Saat itu, 22 turis Perancis dan seorang pemandu lokal tewas akibat air yang naik dengan cepat.
Sebagai tanggapan, Departemen Purbakala Yordania membangun bendungan untuk mencegah air memasuki ngarai yang mengarah ke Al-Khazneh, yang dikenal sebagai “Treasury.”
Pada 2014, sistem alarm dipasang sebagai perlindungan tambahan, dengan sirene yang akan berbunyi ketika air banjir naik di atas ketinggian tertentu.
Petra adalah kota yang diukir dari bukit batu pasir yang berisi ruang pemakaman Nabatean, suku pedagang kaya yang peradabannya berkembang antara 200 SM dan 100 Masehi.
Itu menjadi ibu kota Nabataean karena lokasinya yang strategis di jalur perdagangan utama dan ideal untuk memungut bea pada karavan yang membawa kemenyan dan mur.
Kota ini berasal dari sekitar 400 SM ketika orang Yunani mencoba untuk menyerangnya dalam referensi pertama yang tercatat dalam catatan sejarah.
Baca juga: Kondisi Terkini Banjir dan Tanah Longsor Filipina Selatan, Korban Diperkirakan Terus Bertambah
Pada abad-abad berikutnya, Berbagai struktur diukir pada batu-batu di kota itu oleh suku Nabataean.
Itu termasuk kuil Al-Khazneh yang ikonis, yang dibangun sebagai mausoleum untuk Raja Aretas IV pada abad pertama Masehi.
Meskipun sisa-sisa Situs Warisan Dunia UNESCO mereka tampak luas, lebih dari 90 persennya tidak terlihat, karena terkubur di bawah pasir gurun.
Sepanjang tahun ini, lebih dari satu setengah juta turis telah mengunjungi Petra.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.