优游国际

Baca berita tanpa iklan.

Mantan PM Bangladesh Sheikh Hasina Hadapi Penyelidikan Kasus Pembunuhan Massal terkait Demo

优游国际.com - 19/08/2024, 20:08 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber

DHAKA, KOMPAS.com - Pengadilan Kejahatan Perang Bangladesh (ICT) telah meluncurkan tiga penyelidikan pembunuhan massal terhadap mantan PM Sheikh Hasina atas kerusuhan yang memaksanya meninggalkan negara itu.

Menjadi ironi, pengadilan tersebut dibentuk oleh pemerintahan Sheikh Hasina. Dengan kata lain, Pengadilan Kejahatan Perang Bangladesh tengah meluncurkan penyelidikan terhadap pendirinya.

Dalam protes selama sebulan yang dipimpin oleh mahasiswa terhadap pemerintahan Hasina, lebih dari 450 orang dilaporkan tewas dengan banyak di antaranya akibat tembakan polisi.

Baca juga: Umumkan Kebijakan Prioritas, Yunus Nyatakan Bangladesh Siap Jamin Pengungsi Rohingya

"Kami sedang mengumpulkan bukti awal pada tahap ini," kata Ataur Rahman, Wakil Direktur Sel Investigasi Pengadilan Kejahatan Perang, dikutip dari AFP.

Ia menambahkan, kasus-kasus tersebut terkait dengan pembunuhan massal.

"Setelah ini, kami akan pergi ke lokasi kejahatan," kata Rahman.

Menurutnya, ketiga kasus tersebut diajukan oleh perorangan, dan beberapa mantan pembantu utama Hasina juga telah disebutkan dalam kasus tersebut.

Kasus-kasus tersebut terkait dengan kekerasan di pinggiran kota atau distrik-distrik terdekat di ibu kota Dhaka, di Mirpur, Munshiganj, dan Savar.

Selain itu, unit-unit kepolisian setempat di seluruh negeri telah mengajukan sedikitnya 15 kasus terhadap Hasina, menurut laporan media lokal.

Beberapa terkait dengan kasus-kasus yang terjadi sebelum kerusuhan baru-baru ini, dan tuduhannya mencakup pembunuhan dan "kejahatan terhadap kemanusiaan".

Pengadilan Kejahatan Perang Bangladesh diketahui didirikan oleh Hasina pada 2010 untuk menyelidiki kekejaman selama perang pembebasan negara itu melawan Pakistan.

Di bawah Hasina, Pengadilan itu telah menjatuhkan hukuman mati kepada lebih dari 100 orang, termasuk beberapa lawan politiknya.

Pengadilan Kejahatan Perang Bangladesh sering dikritik oleh kelompok-kelompok hak asasi manusia karena tidak mengikuti konvensi internasional.

Baca juga: Demonstran Bangladesh Rencanakan Partai Baru, Ini Tujuannya

Pemerintah Hasina sendiri dituduh melakukan pelanggaran HAM yang meluas, termasuk pembunuhan di luar hukum terhadap ribuan lawan politiknya.

Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Jumat (16/8/2024) mengatakan, ada indikasi kuat pasukan keamanan Bangladesh menggunakan kekuatan yang tidak perlu dalam menangani pemberontakan yang dipimpin mahasiswa.

"Ada indikasi kuat, yang memerlukan penyelidikan independen lebih lanjut, bahwa pasukan keamanan menggunakan kekuatan yang tidak perlu dan tidak proporsional dalam menanggapi situasi tersebut," kata kantor hak asasi manusia PBB dalam laporan pendahuluannya.

"Dugaan pelanggaran termasuk pembunuhan di luar hukum, penangkapan dan penahanan sewenang-wenang, penghilangan paksa, penyiksaan dan penganiayaan," tambahnya.

Pemimpin sementara Bangladesh Muhammad Yunus mengatakan, pemerintahannya akan memberikan dukungan apa pun yang dibutuhkan penyelidik PBB.

Hasina sendiri kemungkinan kini masih berada di India. Ia telah digulingkan dan melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh itu pada 5 Agustus.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Internasional

Internasional

Internasional
Hasil Pemilu Singapura, Partai PAP dan Lawrence Wong Menang Telak

Hasil Pemilu Singapura, Partai PAP dan Lawrence Wong Menang Telak

Global

Internasional
[UNIK GLOBAL] Trump Jadi 'Paus' | Jet Tempur Rp 1 Triliun Jatuh dari Kapal

[UNIK GLOBAL] Trump Jadi "Paus" | Jet Tempur Rp 1 Triliun Jatuh dari Kapal

Global

Internasional
Anthony Albanese Menang dalam Pemilu Australia

Anthony Albanese Menang dalam Pemilu Australia

Global
Rumah Nusantara Diresmikan di Rusia, Jadi Simbol Diplomasi Pendidikan Indonesia

Rumah Nusantara Diresmikan di Rusia, Jadi Simbol Diplomasi Pendidikan Indonesia

Global
Arab Saudi Eksekusi Dua Warganya karena Terorisme, Total 100 Dieksekusi Sepanjang 2025

Arab Saudi Eksekusi Dua Warganya karena Terorisme, Total 100 Dieksekusi Sepanjang 2025

Global
Menjelang Konklaf, Para Kardinal Bahas Tantangan Paus Baru

Menjelang Konklaf, Para Kardinal Bahas Tantangan Paus Baru

Global
Rusia Bangun Jembatan Jalan Raya Pertama Menuju Korea Utara

Rusia Bangun Jembatan Jalan Raya Pertama Menuju Korea Utara

Global
Pemilu Australia: Warga Memilih di Tengah Kekhawatiran Biaya Hidup dan Dampak Tarif Trump

Pemilu Australia: Warga Memilih di Tengah Kekhawatiran Biaya Hidup dan Dampak Tarif Trump

Global
Pemilu Singapura Digelar, Partai Berkuasa Diuji di Tengah Ketimpangan Sosial

Pemilu Singapura Digelar, Partai Berkuasa Diuji di Tengah Ketimpangan Sosial

Global
Trump Unggah Foto Berpakaian seperti Paus, Mengaku Ingin Jadi Pemimpin Gereja Katolik

Trump Unggah Foto Berpakaian seperti Paus, Mengaku Ingin Jadi Pemimpin Gereja Katolik

Global
Baca berita tanpa iklan.
Baca berita tanpa iklan.
Komentar
Baca berita tanpa iklan.
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi 优游国际.com
Network

Copyright 2008 - 2025 优游国际. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses 优游国际.com
atau