SI RACHA, KOMPAS.com - Moo Deng kini terkenal dan mencuri perhatian masyarakat dunia. Namun di alam liar, spesiesnya kini perlahan menghilang.
Setiap hari selama beberapa pekan terakhir setelah viral, ribuan orang telah mendatangi Kebun Binatang Terbuka Khao Kheow di Thailand.
Baru-baru ini, pada akhir pekan, sekitar berkunjung untuk melihat mamalia berusia dua bulan itu makan dan bermain, menurut surat kabar The Independent.
Baca juga: Kisah Moo Deng, Bayi Kuda Nil Berjuluk Babi Goyang yang Viral di Thailand
Para pengunjung berharap dapat melihatnya secara lebih dekat.
Moo Deng juga telah menarik perhatian internasional di . Para pemengaruh kecantikan bahkan membuat tutorial bagaimana cara agar pipi dapat merah merona seperti Moo Deng.
Inilah sensasi viral Moo Deng—seekor kuda nil kerdil yang dikenal karena perawakannya yang mungil dan menggemaskan.
Namun, Moo Deng adalah anggota spesies Choeropsis liberiensis yang kondisinya rentan di Afrika Barat.
Ketika Moo Deng semakin terkenal, kerabatnya di alam liar menjadi semakin langka di habitat mereka yang semakin menyusut.
Saat terakhir kali dihitung secara global pada 2015, jumlah kuda nil kerdil dewasa di alam liar kurang dari 2.500 ekor.
Mereka diperkirakan di Nigeria, salah satu negara di Afrika Barat yang menjadi kawasan endemik bagi kuda nil kerdil. Populasi dalam jumlah kecil masih ada di Liberia, Pantai Gading, Guinea, dan Sierra Leone.
Baca juga: 7 Tahun Dikira Jantan, Kuda Nil di Jepang Ini Ternyata Betina
Di habitat aslinya, kuda nil kerdil hidup di pedalaman hutan di sepanjang sungai, aliran air, dan rawa-rawa agar kulitnya tetap lembap. Mereka memakan pada malam hari, atau sekitar senja dan fajar.
Hewan yang terlihat kharismatik ini telah lama menjadi bagian dari Afrika Barat.
Menurut , hewan-hewan ini menemukan jalan mereka melalui hutan pada malam hari dengan membawa berlian di mulut mereka untuk menerangi jalan.
Cerita lainnya datang dari Pantai Gading. Konon siapa pun yang melihat ekor kuda nil kerdil dan tertawa akan menjadi gila.
Namun, terlepas dari habitat mereka dan kaitannya dengan budaya lokal, kuda nil kerdil bersifat misterius dan belum diteliti secara intensif seperti sepupu mereka yang lebih besar.
Mereka sebagian besar , tertutup, dan relatif menyendiri. Sulit untuk melakukan penelitian di hutan Afrika Barat.
Karena sifat mereka yang tertutup, para ahli hanya dapat mempelajari banyak hal tentang kuda nil kerdil dari kamera perangkap, pelacakan dengan jejak kaki, dan tanda-tanda lainnya seperti sampel kotoran, dan pemodelan untuk memperkirakan jumlah dan mengeksplorasi pergerakan mereka.
Kuda nil kerdil yang dipelihara di penangkaran sebagai bagian dari program pengembangbiakan juga telah meningkatkan pemahaman ilmiah tentang mamalia ini.
Organisasi nirlaba Fauna & Flora International dan Otoritas Pengembangan Hutan Liberia bahkan telah menggunakan teknologi DNA lingkungan untuk mencari bukti keberadaan makhluk tersebut di aliran sungai Liberia tenggara—sebuah teknik yang melibatkan analisis DNA yang ditemukan di habitat mereka.
Baca juga: Bocah Dua Tahun Uganda Berhasil Diselamatkan dari Serangan Kuda Nil di Dekat Rumahnya
Meskipun kuda nil kerdil telah dianggap sebagai spesies yang dilindungi selama beberapa dekade, Bogui Elie Bandama selaku peneliti di Pusat Penelitian Ilmiah Swiss di Pantai Gading mengatakan, upaya penelitian meningkat setelah 2010, ketika tekanan terhadap habitatnya meningkat secara signifikan.