JAKARTA, KOMPAS.com - Industri properti di Bali terus menggeliat seiring dengan perkembangan pariwisatanya. Meski begitu, pembangunan properti sering kali mengabaikan kelestarian alam dan budaya Bali.
Tidak heran jika belakangan banyak yang mengeluhkan pembangunan properti di Bali yang tidak terkendali sehingga berdampak negatif pada keaslian Bali.
Salah satu kawasan yang belum banyak tersentuh masifnya pengembangan properti di Bali adalah Jimbaran.
Baca juga: 5 Ide Dekorasi Tempat Tidur ala Villa Bali yang Nyaman dan Menenangkan
Berbeda dengan padatnya kawasan Canggu, Kuta, dan Seminyak, Jimbaran menjadi salah satu kawasan yang relatif masih mempertahankan keasliannya dan tetap menawarkan suasana Bali yang tenang dan asri.
Salah satu pengembang properti yang mencoba mempertahankan suasana dan budaya Bali tersebut adalah PT Jimbaran Hijau melalui Natadesa Resort Residence. Natadesa adalah sebuah kawasan hunian dengan konsep resor yang menggabungkan alam dan budaya Bali.
“Prinsip di balik pengembangan kawasan ini lahir dari harapan untuk merawat kebudayaan bali dan kelestarian alamnya. Penataan Natadesa dilakukan berdasarkan nilai-nilai tradisional Bali, dan dibangun dengan material yang aman bagi keberlanjutan lingkungan,” kata CEO PT Jimbaran Hijau Agung Prianta, dalam keterangannya, Senin (26/8/2024).
Dengan mengusung filosofi Tri Hita Karana, yang mengajarkan tentang hubungan harmonis antara manusia, Tuhan, dan alam, Natadesa berusaha menciptakan hunian yang tidak hanya nyaman, tetapi juga selaras dengan alam dan budaya Bali.
Baca juga: 10 Ide Desain Rumah ala Villa Bali, Asri dan Nyaman
Salah satunya di setiap hunian Natadesa, terdapat angkul-angkul, yaitu gerbang khas Bali yang bukan hanya berfungsi sebagai pintu masuk, tetapi juga memiliki makna spiritual sebagai penghubung antara dunia luar dan ruang suci di dalam rumah.