KOMPAS.com — Warga Desa Kecomberan, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, dikejutkan dengan perubahan warna air Sungai Silayar yang mendadak menjadi merah pekat, Senin (19/5/2025) siang.
Fenomena tak biasa ini sontak menjadi perbincangan hangat. Video yang merekam detik-detik perubahan warna air tersebut viral di media sosial.
Dalam rekaman itu, tampak air sungai berubah merah secara merata, tak hanya di satu titik saja.
"Tuh kalinya merah, merah banget demi Allah kalau dilihat asli (langsung). Kaya-kaya kalinya lagi haid," ujar seorang warga dalam video yang dikutip dari Tribun.
Kuwu atau Kepala Desa Kecomberan, Mastur Hidayat, membenarkan adanya kejadian tersebut. Ia menyebut, peristiwa berlangsung singkat namun cukup mengejutkan warga.
"Ya soal aliran sungai yang masuk Desa Kecomberan, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon berubah menjadi warna merah, memang betul. Kemarin (Senin 19 Mei 2025) itu sekitar jam 13.30-an di lokasi sungai Silayar ini terjadi fenomena itu, air sungai berubah jadi warna merah," ujar Mastur saat ditemui di lokasi pada Selasa (20/5/2025), didampingi aparat TNI dan Polri.
Baca juga:
Meski hanya berlangsung dalam waktu singkat, warna merah yang tampak sangat pekat membuat warga khawatir. Pemerintah desa pun langsung menelusuri penyebab perubahan warna tersebut.
"Cuma sebentar saja, kita telusuri ke sini ternyata sudah kembali ke warna asal. Cuma memang sempat ramai viral itu, warna merahnya itu benar-benar merah pekat dan tercampur semua gitu, bukan hanya sedikit," jelas Mastur.
Ia menduga sumber perubahan warna air bukan berasal dari wilayah Desa Kecomberan, melainkan dari daerah lain di hulu sungai.
"Tadi kita telusuri informasi sih, itu bukan dari desa kami, tapi dari wilayah Desa Cirebon Girang sampai ke Sarwadadi. Nah sekarang, kita belum tahu nih asalnya, apakah dari Sarwadadi atau dari Cirebon Girang atau dari mananya," katanya.
Terkait dugaan pencemaran lingkungan, Mastur belum bisa memastikan apakah air sungai berubah warna karena limbah atau penyebab alami.
"Soal itu dari limbah atau semacamnya, itu belum tahu karena kejadiannya cukup cepat dan warga tidak ada yang ambil sampel airnya, jadi belum bisa dipastikan apakah ini dari limbah pabrik atau dari alam ataupun kita belum tahu," jelasnya.
Menurut Mastur, peristiwa ini merupakan kejadian pertama yang pernah terjadi di wilayahnya. Ia menyebut pihak-pihak terkait sudah mengetahui dan turut menindaklanjuti kejadian tersebut.
Baca juga:
"Langkah berikutnya kami pemerintah desa, karena kemarin sudah viral dan dari dinas-dinas juga sudah menanyakan langsung ke saya, dari pihak kecamatan dan dari pihak BBWS juga menanyakan, jadi kita gak melaporkan juga mereka sudah tahu. Ya mungkin nanti akan ditelusuri lebih lanjut," kata Mastur.
Ia pun berharap fenomena ini tidak membawa dampak buruk bagi masyarakat.
"Mudah-mudahan sih tidak berbahaya lah bagi masyarakat," pungkasnya.