KOMPAS.com - Wakiyem atau yang lebih dikenal dengan nama Mbok Yem, penjual pecel legendaris di puncak Gunung Lawu, meninggal dunia pada Rabu (23/4/2025) siang di rumahnya di Dusun Dagung, Desa Gonggang, Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.
“Benar, meninggalnya di rumah tadi sekitar pukul 13.30 WIB,” ujar juru bicara keluarga Mbok Yem, Syaiful Gimbal, kepada 优游国际.com, Rabu siang.
Syaiful menambahkan, sebelumnya Mbok Yem sempat dirawat di Rumah Sakit Umum (RSU) Aisyiyah Ponorogo akibat penyakit pneumonia pada Maret 2025.
Setelah beberapa hari menjalani perawatan intensif, Mbok Yem kemudian melanjutkan proses penyembuhan dengan rawat jalan selama dua minggu dan beristirahat di rumah.
Saat ini, jenazah Mbok Yem disemayamkan di rumah duka dan akan dimakamkan di Pemakaman Umum Desa Gonggang.
Baca juga: Mbok Yem, Legenda Gunung Lawu yang Selalu Dikenang Para Pendaki
Sosok Mbok Yem dikenal luas oleh para pendaki Gunung Lawu karena keteguhannya berjualan pecel di ketinggian lebih dari 3.000 meter di atas permukaan laut.
Ia biasa tinggal di kawasan Puncak Hargo Dalem, Gunung Lawu, dan hanya turun pada momen tertentu, seperti menjelang Idul Fitri.
Namun, pada tahun 2025 ini, Mbok Yem turun gunung lebih awal dari biasanya karena kondisi kesehatannya menurun drastis. Setibanya di rumah, ia langsung dilarikan ke rumah sakit.
Menurut penuturan keluarga, Mbok Yem sudah mulai merasa sakit sejak Februari 2025 saat masih berada di warungnya di puncak Lawu, namun ia baru bersedia turun gunung pada awal Maret 2025 ketika kondisinya semakin memburuk.
Kepada wartawan pada saat itu, Mbok Yem menyampaikan bahwa itu adalah kali pertamanya dirawat di rumah sakit.
Gunung Lawu menjadi salah satu destinasi favorit bagi para pendaki di Indonesia. Terletak di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, gunung ini tak hanya menyuguhkan keindahan alam, tetapi juga menyimpan sejarah dan kisah mistis yang kuat di kalangan masyarakat Jawa.
Secara administratif, Gunung Lawu membentang di tiga kabupaten, yaitu Karanganyar di Jawa Tengah, serta Ngawi dan Magetan di Jawa Timur. Gunung dengan ketinggian 3.265 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini dikenal memiliki tiga puncak, yaitu Hargo Dalem, Hargo Dumiling, dan yang tertinggi adalah Hargo Dumilah.
Dikutip dari Grid.id, ketiga puncak tersebut sering kali dianggap sebagai tempat paling sakral di Tanah Jawa. Masyarakat Jawa mengaitkan kesakralan Gunung Lawu dengan berbagai legenda, termasuk kisah Prabu Brawijaya V, raja terakhir Kerajaan Majapahit.
Baca juga: Mbok Yem Berpulang, Warung Legendaris di Puncak Lawu Kehilangan Penjaganya
Gunung Lawu diyakini menjadi tempat terakhir Prabu Brawijaya V menyepi menjelang keruntuhan Kerajaan Majapahit pada abad ke-15.
Legenda menyebutkan bahwa sang raja memilih mengasingkan diri ke gunung ini setelah mengetahui anaknya, Raden Patah, memeluk agama Islam dan mendirikan Kesultanan Demak.