KOMPAS.com - Belum semua rumah yang ditempati masyarakat Indonesia memenuhi syarat ketahanan bangunan. Salah satunya penggunaan bahan bangunan atap rumah.
Berdasarkan publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) berjudul Indikator Perumahan dan Lingkungan 2024, pemakaian asbes sebagai atap rumah terluas pada tahun 2024 sebanyak 9,68 persen.
Hal itu perlu menjadi perhatian karena menurut catatan BPS, penggunaan asbes juga berisiko terhadap kesehatan.
World Health Organization atau WHO (2024) menyebutkan bahwa segala bentuk asbes merupakan penyebab beberapa jenis kanker.
Tidak hanya itu, asbes juga dapat mengakibatkan penyakit pernafasan kronis.
Baca juga: Meski Ringan, Asbes Tak Baik Digunakan, Kenapa?
Provinsi dengan persentase rumah tangga menempati rumah dengan bahan bangunan utama atap rumah terluas berupa asbes lebih dari 50 persen adalah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (57,49 persen) dan Provinsi DKI Jakarta (54,68 persen).
Di sisi lain, sebetulnya sebagian besar rumah tangga di Indonesia telah menempati rumah dengan bahan bangunan utama atap rumah terluas berupa genteng (54,94 persen).
Kemudian penggunaan seng sebesar 32,43 persen; beton 2 persen, jerami/ijuk/daun-daunan/rumbia 0,49 persen; kayu/sirap 0,20 persen; bambu 0,18 persen; serta lainnya 0,08 persen.