优游国际

Baca berita tanpa iklan.

Ilmuwan Temukan Bukti Bagian dari Sistem Kekebalan dapat Memperparah Covid-19

优游国际.com - 06/08/2020, 17:03 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

Sumber

KOMPAS.com - Para ilmuwan di Columbia University Irving Medical Center menemukan salah satu bagian dalam sistem kekebalan tertua, yang disebut komplemen, mungkin memengaruhi tingkat keparahan Covid-19.

Seperti dilansir dari Science Daily, Kamis (6/8/2020), para peneliti menemukan bahwa orang dengan degenerasi makula terkait usia, berisiko lebih besar mengembangkan komplikasi parah akibat penyakit ini.

Degenerasi makula sendiri adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh komplemen yang terlalu aktif.

Para penulis juga menemukan bukti bahwa aktivitas pembekuan darah berkaitan dengan keparahan Covid-19.

Baca juga: Mengenal Sistem Kekebalan Tubuh, Bagaimana Antibodi Virus Corona Terbentuk?

Keparahan juga diakibatkan dari mutasi gen komplemen itu dan koagulasi tertentu dengan rawat inap pasien Covid-19.

Sagi Shapira, PhD, MPH, yang memimpin penelitian mengatakan hasil ini memberikan wawasan penting tentang patofisiologi Covid-19.

"Selain itu, memberikan gambaran tentang peran jalur komplemen dan koagulasi dalam menentukan hasil klinis pasien yang terinfeksi virus corona SARS-CoV-2," kata Shapira yang meneliti bersama Nicholas Tatonetti, PhD, keduanya profesor di Kolese Dokter dan Ahli Bedah Vagelos Columbia University.

Gambar selebaran tanpa tanggal yang diambil dan ditingkatkan warnanya di National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID) Fasilitas Riset Terpadu (IRF) di Fort Detrick, Maryland, AS dan yang disediakan oleh National Institutes of Health (NIH) menunjukkan warna pemindaian mikrograf elektron dari sel apoptosis (biru) yang terinfeksi partikel virus SARS-COV-2 (merah), diisolasi dari sampel pasien (dikeluarkan 24 Maret 2020). EPA-EFE/NIAID/NATIONAL INSTITUTES OF HEALTH HANDOUT  HANDOUT EDITORIAL USE ONLY/NO SALESNIAID/NATIONAL INSTITUTES OF HEA Gambar selebaran tanpa tanggal yang diambil dan ditingkatkan warnanya di National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID) Fasilitas Riset Terpadu (IRF) di Fort Detrick, Maryland, AS dan yang disediakan oleh National Institutes of Health (NIH) menunjukkan warna pemindaian mikrograf elektron dari sel apoptosis (biru) yang terinfeksi partikel virus SARS-COV-2 (merah), diisolasi dari sampel pasien (dikeluarkan 24 Maret 2020). EPA-EFE/NIAID/NATIONAL INSTITUTES OF HEALTH HANDOUT HANDOUT EDITORIAL USE ONLY/NO SALES

Baca juga: Ahli Australia Ungkap Cara Sistem Kekebalan Tubuh Perangi Covid-19

SARS-CoV-2 ahli mimikri

Gagasan dalam menyelidiki peran koagulasi dan pelengkap dalam Covid-19 dimulai dengan sirvei menyeluruh terhadap mimikri virus di semua virus di bumi, sekitar lebih dari 7.000 jenis.

"Virus memiliki protein yang dapat meniru protein inang tertentu untuk mengelabui sel inang agar membantu virus menyelesaikan siklus hidupnya," kata Shapira.

Saphira menjelaskan berdasarkan studi tersebut, mereka menduga bahwa mengidentifikasi mimik tersebut dapat memberikan petunjuk tentang bagaimana virus menyebabkan penyakit.

Dalam survei tersebut, virus corona adalah ahli mimikri atau menyamar, terutama dengan protein yang ada dalam koagulasi dan protein pembentuk komplemen, yang merupakan salah satu cabang tertua dari sistem kekebalan tubuh manusia.

Ilustrasi 3D virus corona penyebab Covid-19SHUTTERSTOCK/ANDREAS PROTT Ilustrasi 3D virus corona penyebab Covid-19

Protein pelengkap bekerja seperti antibodi dan membantu menghilangkan patogen dengan menempel pada virus dan bakteri dan menandai mereka untuk dimusnahkan. Pelengkap juga bisa meningkatkan koagulasi dan peradangan di tubuh.

"Sistem ini juga bisa sangat merugikan," kata Shapira.

Lebih lanjut Saphira mengatakan virus corona baru, dengan meniru protein komplemen atau koagulasi, mungkin mendorong kedua sistem ini ke dalam keadaan hiperaktif.

Degenerasi makula penyebab kematian Covid-19

Jika komplemen dan koagulasi memengaruhi keparahan Covid-19, orang dengan komplemen hiperaktif atau gangguan koagulasi yang sudah ada sebelumnya, seharusnya lebih rentan terhadap virus.

Berdasarkan hal ini, Saphira dan Tatonetti melihat pasien Covid-19 dengan degenerasi makula, penyakit mata yang disebabkan oleh komplemen yang terlalu aktif, serta gangguan koagulasi umum seperti trombosis dan pendarahan.

Baca juga: Benarkah WHO Tak Sarankan Masker Universal Cegah Covid-19? Ini Penjelasannya

Di antara 11.000 pasien Covid-19 yang datang ke Columbia University Irving Medical Center, para peneliti menemukan lebih dari 25 persen dari mereka meninggal dunia dengan memiliki degenerasi makula terkait usia, dibandingkan dengan tingkat kematian rata-rata 8,5 persen.

Selain itu, sekitar 20 persen memerlukan intubasi. Angka kematian dan intubasi yang lebih tinggi tidak dapat dijelaskan oleh perbedaan usia atau jenis kelamin pasien.

"Komplemen juga lebih aktif pada obesitas dan diabetes. Studi ini dapat membantu menjelaskan mengapa orang dengan kondisi tersebut juga memiliki risiko kematian yang tinggi akibat Covid-19," jelas Saphira.

Baca juga: Hoaks Covid-19 dan Infodemik, Tantangan Ilmuwan Indonesia Sikapi Konstruksi Anti-Sains

Para ilmuwan kemudian memeriksa bagaimana aktivitas gen berbeda pada orang yang terinfeksi virus corona.

Analisis itu mengungkap tanda khas pada pasien yang terinfeksi Covid-19 yang menunjukkan virus tersebut menginduksi aktivasi yang kuat dari sistem komplemen dan koagulasi tubuh.

"Kami menemukan komplemen adalah salah satu jalur yang diekspresikan paling berbeda pada pasien yang terinfeksi SARS-CoV-2," kata Tatonetti.

Lebih banyak bukti yang mengaitkan Covid-19 parah dengan koagulasi dan komplemen berasal dari analisis genetik dari ribuan pasien Covid-19 dari Biobank Inggris, yang berisi catatan medis dan data genetik pada setengah juta orang.

Ilustrasi pasien Covid-19, angka kasus Covid-19 Amerika Serikat.SHUTTERSTOCK Ilustrasi pasien Covid-19, angka kasus Covid-19 Amerika Serikat.

Para ilmuwan menemukan varian beberapa gen yang memengaruhi aktivitas komplemen atau koagulasi dikaitkan dengan gejala Covid-19 yang lebih parah yang memerlukan rawat inap.

"Varian ini belum tentu akan menentukan hasil seseorang, tapi temuan ini adalah bukti lain bahwa jalur komplemen dan koagulasi berpartisipasi dalam morbiditas dan mortalitas yang terkait dengan Covid-19," kata Shapira.

Studi yang dipublikasikan pada 3 Agustus di Nature Medicine ini mengungkapkan hubungan dengan komplemen menunjukkan bahwa obat yang ada untuk menghambat sistem komplemen dapat membantu mengobati pasien dengan sakit yang parah.

Baca juga: Covid-19 Belum Bisa Disebut sebagai Virus Musiman seperti Flu, Ini Penjelasan Ahli

Dokter yang merawat pasien Covid-19 telah sejak awal pandemi, memperhatikan masalah koagulasi. Beberapa uji klinis juga sedang dilakukan untuk menentukan cara terbaik untuk menggunakan perawatan anti-koagulasi yang ada.

Penghambat komplemen saat ini digunakan pada penyakit yang relatif jarang, tetapi setidaknya satu uji klinis sedang menguji gagasan tersebut pada pasien Covid-19.

"Semoga akan menginspirasi orang lain untuk mengevaluasi hipotesis ini dan melihat apakah itu sesuatu yang dapat berguna untuk memerangi pandemi virus corona yang sedang berlangsung," jelas Tatonetti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan.
Baca berita tanpa iklan.
Komentar
Baca berita tanpa iklan.
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi 优游国际.com
Network

Copyright 2008 - 2025 优游国际. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses 优游国际.com
atau