优游国际

Baca berita tanpa iklan.

Temuan Baru: Cendrawasih Gunakan Biofluoresensi untuk Menarik Pasangan

优游国际.com - 13/02/2025, 14:00 WIB
Wisnubrata

Penulis

Sumber

KOMPAS.com - Burung cendrawasih telah lama dikenal karena keindahan bulunya dan tarian unik yang dilakukan jantan untuk menarik perhatian betina. Namun, penelitian terbaru mengungkap bahwa burung-burung ini memiliki trik visual lain yang tidak kasat mata oleh manusia: biofluoresensi.

Sebuah studi yang dilakukan oleh ilmuwan dari American Museum of Natural History (AMNH) dan University of Nebraska-Lincoln menemukan bahwa 37 dari 45 spesies burung cendrawasih menunjukkan biofluoresensi.

Biofluoresensi adalah fenomena di mana suatu organisme menyerap cahaya pada satu panjang gelombang dan kemudian memancarkannya dalam panjang gelombang lain, menghasilkan efek cahaya yang tersembunyi bagi mata manusia.

Fenomena ini tampaknya lebih dominan pada burung jantan dan kemungkinan besar berperan dalam menarik pasangan serta menunjukkan dominasi di antara sesama pejantan. 

“Ritual kawin unik burung cendrawasih telah lama menarik perhatian ilmuwan dan memicu berbagai studi tentang evolusi karakteristik dan seleksi seksual,” ujar Rene Martin, penulis utama studi ini sekaligus asisten profesor di University of Nebraska-Lincoln. “Sangat masuk akal jika burung-burung mencolok ini juga berkomunikasi dengan cara yang lebih mencolok lagi.”

Baca juga:

Deteksi Cahaya Fluoresensi pada Burung Cendrawasih

Penelitian ini menggunakan spesimen burung yang telah dikumpulkan sejak tahun 1800-an dan disimpan di koleksi ornitologi AMNH. Sekitar satu dekade lalu, John Sparks, seorang kurator di museum tersebut, mengamati bahwa beberapa burung tampak bercahaya hijau-kuning ketika terkena cahaya dengan panjang gelombang tertentu. Penemuan ini menjadi dasar bagi penelitian lebih lanjut tentang biofluoresensi pada burung.

Dengan menggunakan cahaya ultraviolet (UV), para peneliti menemukan bahwa burung cendrawasih tidak hanya memancarkan cahaya saat terkena gelombang biru, tetapi juga memperlihatkan fluoresensi yang lebih kuat di bawah paparan UV. Efek ini paling terlihat di bagian tubuh yang sering ditampilkan saat ritual kawin, seperti kepala, leher, perut, serta bagian dalam paruh dan rongga mulut.

Biofluoresensi Lebih Menonjol pada Jantan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa cahaya fluoresensi ini lebih jelas terlihat pada burung jantan, terutama di bagian tubuh yang mereka gunakan untuk menarik perhatian betina. Sementara itu, burung betina juga menunjukkan biofluoresensi, tetapi dalam intensitas yang lebih rendah dan lebih terbatas pada bagian dada dan perut.

Para peneliti berhipotesis bahwa lingkungan tempat tinggal burung cendrawasih, yang terletak di wilayah khatulistiwa seperti Indonesia, Papua Nugini, dan Australia Timur, memiliki tingkat cahaya yang tinggi sepanjang tahun. Kompleksitas cahaya di hutan-hutan tempat burung ini hidup dapat memperkuat efek biofluoresensi, membuat sinyal cahaya ini lebih efektif dalam komunikasi visual.

“Burung-burung ini hidup di daerah tropis dengan cahaya matahari yang melimpah sepanjang tahun dan dalam hutan yang memiliki berbagai tingkat pencahayaan akibat perbedaan kerapatan kanopi,” jelas Emily Carr, kandidat PhD di Museum Richard Gilder Graduate School. “Kondisi ini mungkin berperan dalam memperkuat sinyal biofluoresensi.”

Baca juga: 5 Hewan dengan Ritual Kawin yang Unik, Ada yang Berkelahi hingga Menipu Pasangan

Lesser bird of paradise is seen in lowland rainforest of Malagufuk in Malagufuk Village, Sorong Regency, Southwest Papua, Indonesia on March 26, 2024. Dok. ISTIMEWA/ULET IFANSASTI Lesser bird of paradise is seen in lowland rainforest of Malagufuk in Malagufuk Village, Sorong Regency, Southwest Papua, Indonesia on March 26, 2024.

Pentingnya Biofluoresensi bagi Burung Cendrawasih

Studi ini juga mengungkap bahwa burung cendrawasih memiliki pigmen mata yang sesuai dengan puncak fluoresensi yang terdeteksi dalam penelitian. Ini berarti mereka kemungkinan besar dapat melihat cahaya tersembunyi, yang bisa menjadi faktor penting dalam pemilihan pasangan dan interaksi sosial.

Saat seekor burung jantan menari, cahaya hijau-kuning yang dipancarkan oleh bulu tertentu dapat berfungsi seperti sorotan, memberikan kontras yang kuat terhadap bulu gelapnya. Efek ini mungkin berfungsi untuk menarik perhatian betina atau menegaskan status sosial di antara pejantan lainnya.

Dampak Penelitian bagi Ilmu Pengetahuan

Meskipun burung cendrawasih sudah menjadi salah satu kelompok burung yang paling banyak diteliti dalam hal perilaku dan warna bulu, temuan tentang biofluoresensi membuka kemungkinan baru bahwa burung memiliki sistem komunikasi visual yang lebih kompleks daripada yang diduga sebelumnya.

Penemuan bahwa banyak spesies burung cendrawasih memiliki area tubuh yang memancarkan fluoresensi juga memunculkan dugaan bahwa kelompok burung lain, terutama yang memiliki bulu mencolok dan perilaku kawin yang kompleks, mungkin memiliki karakteristik yang serupa.

Para peneliti berencana untuk melanjutkan studi mereka dengan menyelidiki bagaimana faktor lingkungan seperti kerapatan kanopi, perubahan musim, dan bahkan degradasi habitat mempengaruhi tampilan cahaya fluoresensi ini. Memahami cara burung cendrawasih melihat biofluoresensi dapat memberikan wawasan lebih dalam mengenai evolusi seleksi seksual dan komunikasi visual dalam dunia burung.

Studi ini telah diterbitkan dalam jurnal Royal Society Open Science dan menjadi langkah penting dalam memahami kompleksitas dunia visual burung.

Baca juga: Selain Beo, Apakah Ada Burung Lain yang Bisa Bicara?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan.
Baca berita tanpa iklan.
Komentar
Baca berita tanpa iklan.
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi 优游国际.com
Network

Copyright 2008 - 2025 优游国际. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses 优游国际.com
atau