Maria pun mendorong para perempuan yang sudah mahir untuk berbagi keterampilan kepada sesama.
Larangan dan tekanan dari Belanda tak membuat Maria gentar. Maria mendirikan organisasi Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya (PIKAT) tahun 1917 di Manado.
Berkat kepiawaiannya melobi, Walanda mendapat pinjaman rumah dari pedagang Belanda, A Bollegraf, untuk membuka sekolah rumah tangga, setahun kemudian.
Baca juga:
Sekolah ini menampung gadis-gadis pribumi tamatan sekolah rendah dari berbagai kalangan.
Gerakan Maria mendapat dukungan dari banyak pihak. Berkat kerja kerasnya, PIKAT membuka cabang hingga ke Kalimantan dan Jawa.
Kegiatan organisasi diperkenalkan ke masyarakat melalui karangan-karangan yang dimuat dalam surat kabar.
Kiprah tersebut membuatnya semakin diperhitungkan Belanda.
Pada 1920, Gubernur Jenderal Belanda mengunjungi Sekolah PIKAT dan memberi sumbangan uang.
Atas kebolehannya bernegosiasi pula, Walanda sukses memperjuangkan hak pilih perempuan dalam Badan Perwakilan Minahasa (Volksraad atau Minahasa Raad) tahun 1921.
Walanda diizinkan untuk menyekolahkan dua putrinya, Wilhelmina Frederika dan Anna Pawlona, ke sekolah pendidikan guru di Batavia.
Setamat di sekolah itu, Wilhelmina dan Anna kembali ke Manado mengajar di Hollandsch-Chinescheschool, sekolah yang didirikan Belanda untuk anak-anak keturunan China.
Sayangnya, pada 22 April 1924, Maria tutup usia.
Baca juga: Biografi RA Kartini, Pejuang Emansipasi Perempuan
Ia dianugerahi gelar Pahlawan Indonesia pada 20 Mei 1969 berdasarkan SK Presiden No 012/TK/1969.
Untuk mengenang jasanya, Pemda Minahasa membangun Monumen Maria Walanda Maramis di Desa Maumbi.
Selain itu, setiap tanggal 1 Desember, rakyat Minahasa memperingati Hari Ibu Maria Walanda Maramis.
(Sumber: 优游国际.com/Aswin Rizal Harahap, Aris Prasetyo, Jean Rizal Layuck | Editor: Eko Hendrawan Sofyan)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.