KOMPAS.com - Setiap kali kita membuang popok bekas, pembalut, atau sedotan plastik, mungkin kita merasa sudah melakukan yang benar, memasukkannya ke tempat sampah dan membiarkannya dibawa oleh petugas kebersihan.
Tapi, pernahkah kita bertanya, ke mana sebenarnya sampah-sampah itu pergi? Apakah semuanya bisa didaur ulang? Di sinilah kita mengenal istilah sampah residu.
Sampah residu adalah jenis limbah yang tidak bisa didaur ulang atau terurai, seperti popok, plastik multilayer, dan styrofoam, yang jika tidak dikelola dengan benar dapat mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan manusia.
Untuk lebih memahami apa itu sampah residu dan contohnya, yuk simak penjelasan di bawah ini!
Baca juga: 5 Akibat Membuang Sampah Sembarangan yang Sering Diabaikan
Sampah residu adalah jenis sampah yang tidak bisa diolah lebih lanjut, baik melalui proses daur ulang maupun pengomposan.
Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam Panduan Zer Waste to Landfill untuk Kegiatan Penanganan Sampah Domestik (2018), sampah residu mencakup limbah anorganik yang tidak dapat didaur ulang, tidak terurai, atau belum ada teknologi pengolahannya secara efektif.
Sampah residu ini biasanya dibuang ke dalam bak sampah berwarna abu-abu, menandakan bahwa jenis sampah ini tidak bisa lagi digunakan ulang atau diolah lebih lanjut.
Baca juga: Hari Peduli Sampah Nasional 2025: Tema, Tujuan, dan Cara Mengolah
Tidak semua sampah bisa diperlakukan sama. Beberapa material dikategorikan sebagai sampah residu karena lima alasan utama menurut :
Bahan seperti cling wrap atau plastik tipis sangat fleksibel sehingga mudah terbelit dan merusak mesin daur ulang.
Popok dan pembalut bekas bisa mengandung kotoran, darah, atau liur. Meski sudah dicuci, risiko kontaminasi tetap tinggi, membahayakan petugas dan lingkungan.
Plastik multilayer seperti sachet terdiri dari berbagai jenis bahan yang harus dipisah manual. Tanpa teknologi khusus, proses ini memakan waktu dan sumber daya besar.
Baca juga: Mengapa Sampah Plastik Dapat Mencemari Lingkungan? Ini Penjelasannya ....
Contohnya, kertas buram atau tisu bekas. Meski bisa didaur ulang, hasilnya sangat rendah kualitasnya, sehingga tidak diterima oleh banyak bank sampah.
Bahan tekstil misalnya, butuh teknologi mahal dan energi besar untuk didaur ulang, sehingga banyak mitra daur ulang menganggapnya tidak layak diproses.
Karena tidak bisa diolah kembali, sampah residu berakhir di tempat pembuangan akhir atau dibakar. Ini membawa dampak jangka panjang bagi lingkungan.
Menurut Ni Made Cantika Kumala Dewi dan Kadek Julia Mahadewi dalam Penerapan Pengelolaan Sampah Residu terhadap Lingkungan di Kelurahan Sanur (2025), sampah residu sulit terurai dan bisa mencemari tanah, air, dan udara selama ratusan tahun.
Baca juga: Berapa Lama Waktu yang Dibutuhkan Plastik untuk Terurai?