KOMPAS.com - Sungai Mekong merupakan sungai terpanjang di Asia Tenggara dan terpanjang ke-12 di dunia.
Sungai ini mengalir dari daratan China menuju Asia Tenggara dan bermuara di laut dari Delta Vietnam.
Sejak zaman dulu, sungai ini menjadi penting karena lahannya yang subur dan airnya berguna mengaliri lahan pertanian.
Selain itu, di sekitar Sungai Mekong diketahui menjadi awal mula tumbuhnya peradaban Bacson-Hoabinh.
Baca juga: Kebudayaan Bacson-Hoabinh: Persebaran, Ciri-ciri, dan Pengaruh
Pada Lembah Sungai Mekong terdapat dua pusat peradaban, yaitu Kebudayaan Bacson-Hoabinh dan Kebudayaan Dongson.
Kebudayaan Bacson-Hoabinh muncul di lembah Sungai Mekong pada sekitar 10.000 hingga 4.000 tahun yang lalu.
Setelah itu, kebudayaan ini kemudian menyebar ke selatan hingga sampai wilayah Indonesia pada sekitar 2000 SM.
Di tempat tersebut, ditemukan kapak jenis pebble dan alat-alat dari batu yang khas, di mana satu atau dua sisi permukaannya dipangkas sesuai keinginan.
Sedangkan Kebudayaan Dongson merupakan kebudayaan yang berkembang di Indochina pada zaman Perunggu.
Kebudayaan Dongson didukung oleh bangsa Deutro Melayu, yang menyebar ke berbagai wilayah di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, pada sekitar 500 SM.
Baca juga: Pengaruh Kebudayaan Dongson di Indonesia
Mereka bermigrasi melalui sungai atau lembah tersebut guna menghindari penyakit dan bencana alam.
Adapun hasil budayanya yang terkenal adalah kapak persegi dan kapak lonjong yang ditemukan di wilayah Indonesia.
Manusia pendukung peradaban Lembah Sungai Mekong sangat pandai dalam membangun perahu, yang diperkirakan digunakan untuk bermigrasi ke wilayah Asia Tenggara.
Perahu yang dimaksud adalah perahu cadik, yang terbuat dari kayu atau bambu.
Selain itu, pendukung peradaban Sungai Mekong ternyata telah mengenal sistem bercocok tanam di ladang dan sawah.
Hasil pertaniannya berupa padi dan palawija yang digunakan sebagai bahan makanan pokok. Selain itu ada juga kacang, kedelai, dan jagung sebagai hasil pertanian selingan.
Baca juga: Peradaban Lembah Sungai Gangga
Dalam bidang ilmu pengetahuan, manusia pendukung peradaban Lembah Sungai Mekong menggunakan perhitungan astronomi sebagai penanda musim tanam atau petunjuk dalam pelayaran.
Sedangkan dalam hal kepercayaan, mereka masih memuja roh nenek moyang (animisme) dan sebagian lainnya memuja benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan gaib (dinamisme).
Referensi: