优游国际

Baca berita tanpa iklan.

Ciri-Ciri Menhir

优游国际.com - 13/06/2023, 18:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

KOMPAS.com - Menhir adalah batu tegak yang berasal dari masa praaksara.

Menhir merupakan salah satu benda peninggalan zaman Megalitikum atau zaman Batu Besar.

Fungsi menhir pada masa prasejarah cukup beragam, biasanya untuk keperluan pemujaan atau untuk tanda penguburan.

Bagaimana ciri-ciri menhir?

Baca juga: Menhir: Pengertian, Fungsi, dan Lokasi Penemuan

Ciri-ciri menhir

Istilah menhir berasal dari bahasa Keltik, yakni men yang artinya batu, dan hir yang berarti panjang atau tegak.

Jadi secara harfiah, arti menhir adalah batu panjang atau batu tegak.

Di Indonesia, menhir ditemukan di Sumatera Barat, Pasemah (Sumatera Selatan), Pugungharjo (Lampung), Kosala dan Lebak Sibedug, Leles, Karang Muara, Cisolok (Jawa Barat), Yogyakarta, Pekauman Bondowoso (Jawa Timur), Orunyan dan Sembiran (Bali), serta Belu (Timor).

Menhir di Indonesia tersebut bentuknya tidak selalu sama.

Kendati memperlihatkan bentuk yang bervariasi, menhir memiliki ciri-ciri fisik tertentu, sebagai berikut.

  • Terbuat dari batu kasar yang minim pengerjaan.
  • Bentuknya menyerupai tiang atau tugu dengan proporsi bagian bawah cenderung melebar dan bagian atas menyempit.
  • Dapat berupa batu tunggal (monolith) atau berupa sekelompok batu yang diletakkan sejajar di atas tanah.
  • Ukurannya bervariasi, bisa kurang dari 1 meter dan ada pula yang tingginya mencapai 10 meter.
  • Biasanya diletakkan berdiri tegak di atas tanah.

Baca juga: Tradisi Megalitik: Asal-usul, Pembagian, dan Peninggalan

Perbedaan bentuk serta tipe menhir di berbagai situs Megalitik disebabkan oleh latar belakang konsep yang berbeda.

Dalam kepercayaan animisme, menhir adalah alat pengikat antara arwah nenek moyang dengan anak cucunya.

Sehingga melalui tugu batu ini, mereka memuja arwah nenek moyangnya.

Secara umum, pada masa praaksara menhir berfungsi untuk tanda peringatan, baik peringatan terhadap seseorang yang masih hidup atau sudah mati.

Menhir dianggap sebagai medium penghormatan, menjadi takhta kedatangan roh, sekaligus lambang dari orang-orang yang diperingati.

 

Referensi:

  • Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto (Eds). (2008). Sejarah Nasional Indonesia I: Zaman Prasejarah di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan.
Baca berita tanpa iklan.
Komentar
Baca berita tanpa iklan.
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi 优游国际.com
Network

Copyright 2008 - 2025 优游国际. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses 优游国际.com
atau