优游国际

Baca berita tanpa iklan.
Al Makin
Guru Besar UIN Sunan Kalijaga

Al Makin adalah Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tulisan-tulisannya dalam bentuk artikel dan buku dalam bahasa Indonesia dan Inggris, antara lain: Momong Kampus (2020); Membela yang lemah (2020), Challenging Islamic Orthodoxy (2016), Nabi-Nabi Nusantara (2016); Antara Barat dan Timur (2014) Keragaman dan Perbedaan (2015). Perhatian risetnya pada bidang agama, sosial, politik, sejarah, dan seni, dengan tema Pancasila, keragaman, hubungan antaragama, minoritas, gerakan agama baru, dan lain-lain. Menjabat sebagai rektor UIN Sunan Kalijaga 2020-2024, anggota ALMI (Asosiasi Ilmuwan Muda Indonesia), editor jurnal internasional Al-Jamiah. Al Makin menjadi dosen dan peneliti tamu di berbagai negara: Jerman, Singapura, Australia, dan Kanada. Sebagai pelukis, Al Makin sering partisipasi dalam berbagai pameran dan mengadakan pameran tunggal. Silakan cek di website: https://id.wikipedia.org/wiki/Al_Makin; https://scholar.google.co.id/citations?user=npbUTjwAAAAJ&hl=en

Adakah Demokrasi di Islam?

优游国际.com - 20/11/2023, 08:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di
Editor

PERTANYAAN ini sudah mengganggu para pemikir dan cendikiawan Muslim paling tidak seratus tahun yang lalu.

Para ulama, intelektual, dan politisi Muslim dari berbagai bangsa yang memeluk Islam menanyakan sekaligus mencoba menjawabnya.

Para tokoh Muslim dari negara-negara Arab di Timur Tengah, Afrika, Asia Tengah, Eropa, Asia Tenggara, termasuk Indonesia, berdebat sudah lebih dari seabad soal ini.

Apakah praktik demokrasi ada dalam sejarah Islam? Apakah Islam mengajarkan demokrasi?
Dalam bentuk apa Nabi Muhammad SAW menjadi teladan demokrasi?

Para cendikiawan Muslim sebelum perang dunia dua memang rata-rata galau mencari bentuk bangsa-bangsa berpenduduk Muslim yang sedang dijajah Eropa untuk merdeka. Mereka mencari bentuk negara seperti apa nantinya, Indonesia termasuk di dalamnya.

Ada banyak solidaritas di kalangan Muslim untuk melahirkan konsep unik tentang demokrasi dan negara modern menurut ajaran Islam. Pemikiran tentang demokrasi saling terkait dan tersambung.

Cokroaminoto, misalnya, mengaitkan Islam, demokrasi, sosialisme, nasionalisme dan gerakan-gerakan lainnya yang relevan.

Para cendikiawan Muslim menjawab dengan berbagai cara, menggali dasar-dasar Kitab Suci Al-Qur’an, membaca Hadits-hadits, dan meneliti kisah masyarakat Madinah di bawah Nabi Muhammad.

Begitu juga mereka mencari embrio praktik politik empat khalifah utama setelah Beliau: Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.

Menurut para cendikiawan itu, benih-benih itu sudah tumbuh. Begitu juga para pemikir setelah perang dunia dua, ketika negara-negara Muslim merdeka, mempertegas kembali nilai-nilai demokrasi dalam Islam: keadilan, musyawarah, kesejahteraan rakyat, perdamaian, hak-hak manusia, dan kebebasan warga. Dengan berbagai bahasa dan formula, nilai-nilai itu ada.

Di Indonesia, penggalian demokrasi modern dalam Islam secara teologis masih berlangsung. Para intelektual sebelum dan sesudah Reformasi, seperti Munawir Sjadzali, Nurcholish Madjid, Abdurrachman Wahid, Dawam Rahardjo, Fajrul Falakh, Mansur Faqih, dan para aktivis menegaskan sahnya demokrasi dalam Islam.

Namun, jika kita amati secara hati-hati, praktik demokrasi modern di dunia saat ini sangatlah unik. Tidak pernah ada sebelumnya dalam sejarah manusia demokrasi seperti ini dengan berbagai varian masing-masing negara modern.

Demokrasi modern tidak pernah dipraktikkan dalam dinasti, monarkhi, kerajaan, feodalisme, dan bentuk-bentuk tradisional lain dalam Islam, Kristiani, Hindu, Buddha, Konghucu, Yahudi, atau agama-agama lain.

Jadi jelasnya, demokrasi perwakilan dengan sistem elektoral dan partai politik tidak pernah tercatat dalam sejarah bangsa manapun dengan agama dan iman apapun sebelum Amerika mendeklarasikan kemerdekaannnya tiga abad lalu.

Demokrasi dalam bentuk saat ini, belum pernah dipraktikkan dalam daulah Abbasiyah, Umayyah, Fatimiyyah, Usmani, Mamluk, Demak, Pasai, Tidore, Surakarta, Yogyakarta, atau Ternate.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan.
Baca berita tanpa iklan.
Komentar
Baca berita tanpa iklan.
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi 优游国际.com
Network

Copyright 2008 - 2025 优游国际. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses 优游国际.com
atau