KOMPAS.com - Utsman bin Affan merupakan salah satu sahabat Nabi Muhammad, yang menjadi khalifah setelah masa kepemimpinan Umar bin Khattab.
Di antara Khulafaur Rasyidin lainnya, masa kepemimpinan Utsman sebagai khalifah yang paling lama, yaitu mulai tahun 644 hingga akhir hidupnya pada tahun 655.
Utsman bin Affan meninggal hari Jumat, 12 Dzulhijjah tahun 35 Hijriah, karena dibunuh.
Berikut ini kisah akhir hayat dari Utsman bin Affan.
Baca juga: Utsman bin Affan, Khulafaur Rasyidin Pemilik Dua Cahaya
Khalifah Utsman bin Affan berasal dari Bani Umayyah, salah satu keluarga kaya, terdidik, dan berpengaruh di antara suku Quraisy di Mekkah.
Peristiwa pembunuhan Utsman bin Affan dipicu oleh pemerintahannya yang dinilai penuh korupsi dan nepotisme.
Salah satu buktinya, Khalifah Utsman mengangkat sepupunya, Marwan bin Hakam, sebagai Menteri Sekretaris Negara, yang mengepalai beberapa dewan.
Pengangkatan Marwan bin Hakam membuat posisi tinggi dalam pemerintahan semakin didominasi oleh orang-orang dari Bani Umayyah.
Utsman juga mengangkat saudaranya, Abdullah bin Sarah, menjadi gubernur, dan beberapa keluarganya dari Bani Umayah untuk menempati jabatan pemerintahan.
Abdullah bin Sarah merupakan salah satu sahabat Nabi yang pernah mencatat wahyu, tetapi berkhianat dan menjadi murtad.
Saat peristiwa penaklukan Mekkah, Rasulullah tidak mengampuni beberapa orang, termasuk Abdullah.
Namun, Utsman malah melepaskan Abdullah karena merasa kasihan dan iba.
Baca juga: Biografi Utsman bin Affan, Sang Pemilik Dua Cahaya
Melansir NU Online, menurut catatan Adzarabi dalam Siyaru ‘A’lamin Nubala, Abdullah kembali masuk Islam.
Saat diangkat Utsman menjadi gubernur, Abdullah kerap mendapatkan protes dari rakyat karena sifat buruknya.
Rakyat pun mengadu pada Utsman, yang kemudian mengirim surat peringatan kepada Abdullah.