RABU, 3 Juli 2024 lalu, ketika Hasyim Asy’ari diberhentikan dari jabatannya sebagai Ketua Pemilihan Umum (KPU), saya dalam perjalanan dari Jakarta ke Manado, Sulawesi Utara (Sulut).
Di ruang tunggu untuk masuk pesawat, orang-orang yang duduk di sekitar saya banyak sekali bicara dengan penuh opini masing-masing tentang pemecatan Hasyim.
Di Sulawesi Utara, saya datang ke Pulau Gangga dan desa di atas gunung, Rurukan Satu (Tomohon) yang jumlah penduduk perempuannya jauh lebih banyak dari laki-laki.
Saya ke Pulau Gangga atas undangan Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey. Pulau Gangga adalah salah satu surga turis di Sulut.
Kami, berjumlah sekitar 10 orang, naik kapal cepat dari Pantai Kalasey di Manado ke Pulau Gangga yang terkenal dengan air panas alam di pantainya.
Selama sekitar dua jam perjalanan laut dari Kalaysey ke Pulau Gangga, kami sama sekali tidak membicarakan tentang skandal seks ketua KPU. Nampaknya Pulau Gangga bersih dari perdebatan tentang pemecatan Hasyim karena skandal seks.
Selain itu, pulau kecil ini juga bersih dari pemasangan baliho bergambar orang-orang yang sedang berburu posisi gubernur, bupati atau wali kota.
Di Manado dan sekitarnya saat ini bertebaran baliho para pemburu posisi kekuasaan atau pejabat tinggi daerah.
Di antara orang-orang pemburu jabatan atau penguasa itu, adalah orang yang didukung partai gurem. Bahkan di antara para pemburu kekuasaan itu ada orang-orang yang sedang mencari partai pendukung.
Di pulau yang dihuni sekitar 1.758 orang ini kami mendarat di Pantai Lakehe, dipandu oleh seorang pria penduduk pulau itu bernama Patri Kuada (40 tahun).
Patri Kuada adalah lulusan D1 perguruan tinggi Universitas Kelabat (Unklab, Minahasa Utara, Sulut) bidang bisnis. Ia bilang sebelum Covid-19 tahun 2019 lalu, turis dari China yang datang di pulau ini (di Pantai Lakehe) rata-rata 300 orang tiap hari.
“Turis-turis perempuan China banyak yang mandi di pantai ini dengan bikini dan ada yang cari laki-laki penduduk pulau ini,” kata Patri.
Menurut Patri, seorang turis dari China per hari bisa mengeluarkan uang Rp 4 juta untuk menikmati pantai pasir putih Lakehe ini.
“Mereka akan lebih banyak mengeluarkan untuk berlama-lama berenang di bagian pantai yang airnya panas alami,” ujar Patri.
Ketika bercerita tentang turis-turis perempuan China yang gemar mencari laki-laki penduduk pulau ini, Patri Kuada nampak bangga.