KOMPAS.com - Video sekawanan monyet ekor panjang disebut turun gunung dan berkeliaran ke permukiman warga di wilayah Dago, Bandung, Jawa Barat viral di media sosial TikTok, Kamis (29/2/2024).
Dalam video yang diunggah akun @t_dresska, kawanan monyet di Dago, Bandung itu berkeliaran di atas kabel listrik.
Warganet berspekulasi bahwa fenomena itu menandakan bencana alam yang berkaitan dengan gempa Sesar Lembang.
"Teman-teman yang melihat, Mohon Info dil apangan.. Monyet Ekor Panjang ini Terpantau Turun Gunung nya di Daerah Mana saja? Dan apakah hari ini, Kamis, 29 Feb 2024 masih Terlihat Berkeliaran serta dalam jumlah yg sama seperti kemarin (6-8 ekor) atau bertambah banyak jumlahnya?
Apakah Peristiwa ini Berkaitan dengan Gempa yang Terjadi di daerah Ciater-Subang (Dekat dengan sesar Lembang)," tulis @goesmuezz.
Lantas, kenapa monyet ekor panjang turun gunung dan berkeliaran di kawasan Dago, Bandung, Jawa Barat? Benarkah terkait aktivitas sesar lembang? Simak penjelasan berikut.
Baca juga: Tentang Kera dan Monyet
Pengendali Ekosistem Hutan Tahura Djuanda Bandung, Dicky mengonfirmasi bahwa sekawanan monyet ekor panjang berkeliaran di kawasan Dago, Kecamatan Coblong, Kota Bandung, Jawa Barat, sejak Selasa (27/2/2024).
"Iya betul, informasi ada beberapa monyet ekor panjang yang masuk ke pemukiman warga," kata dia, saat dihubungi 优游国际.com, Jumat (1/3/2024).
Menurut Dicky, sekawanan monyet ekor panjang itu termasuk hewan liar. Ia belum mengetahui secara pasti asal dan penyebab monyet tersebut turun gunung ke permukiman warga.
Namun, Jika dilihat dari lokasi kemunculan hewan tersebut, Dicky menduga sekawanan monyet ekor panjang itu berasal dari Taman Hutan Raya (Tahura) Ir H Djuanda, Ciburial, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
"Mungkin, bisa jadi dari Tahura Ir. H. Djuanda, karena dekat," kata dia.
Dicky mengimbau kepada para warga agar tidak memberikan makan kepada hewan liar tersebut.
"Imbauan kami, jangan memberikan makan kepada hewan liar dalam hal ini monyet ekor panjang karena akan merubah perilaku monyet ekor panjangnya," kata dia.
Baca juga: Kerap Meresahkan Warga, Begini Cara Usir Monyet dari Permukiman
Ketua Museum Zoologi Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung (SITH ITB), Ganjar Cahyadi menyampaikan, fenomena monyet turun gunung ke permukiman warga bisa menjadi salah satu pertanda bencana alam.
"Kelompok monyet tersebut merasakan ada tanda bahaya dari alam sehingga menjauh dari habitatnya," kata Ganjar, dilansir dari , Kamis (29/2/2024).
Ia menduga, hal tersebut menyebabkan sekawan monyet tersebut turun gunung dan berkeliaran ke permukiman warga.
Menurutnya, jarak waktu terjadinya bencana dari berpindahnya hewan tersebut biasanya relatif cepat. Hal ini karena primata tersebut memiliki insting yang lebih kuat.
"Biasanya bencana tidak akan terlalu lama (dari kepergian mereka dari habitatnya). Namun, jika tidak ada kejadian bencana, penyebabnya mungkin hal lain," kata dia.
Selain menjadi tanda bencana, arti monyet turun gunung bisa juga karena kehilangan sumber daya makanan yang menipis.
Dugaan ketiga penyebab sekawanan monyet ekor panjang turun ke permukiman warga adalah adanya kompetisi yang terjadi dengan kelompok monyet lainnya.
Pasalnya, secara naluriah monyet akan hidup secara berkelompok. Biasanya satu jantan mengetuai satu kelompok.
"Bisa jadi kawasan perkotaan itu dianggap 'kosong' atau tidak dikuasai oleh kelompok lain," kata Ganjar.
Baca juga: Kerap Meresahkan Warga, Begini Cara Usir Monyet dari Permukiman
Terpisah, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono menyatakan, fenomena monyet turun gunung di Dago tidak terkait gempa akibat aktivitas sesar Lembang.
"Tidak," kata Daryono, saat dihubungi 优游国际.com, Jumat (1/3/2024).
Lebih lanjut Daryono menjelaskan, terkadang fenomena monyet dari hutan atau gunung ke permukiman memang bisa menjadi bioindikator terjadinya bencana alam, seperti aktivitas gunung berapi dan gempa bumi.
Akan tetapi, Daryono menengaskan bahwa masalah monyet turun gunung di Dago bisa disebabkan karena banyak faktor, bukan terkait aktivitas sesar Lembang.
Misalnya karena ketersediaan pangan, air bersih, atau kerusakan habitat monyet.
Disinggung soal aktivitas sesar Lembang, Daryono menyampaikan berdasarkan analisis laporan BMKG, saat ini aktivitas sesar Lembang masih aktif.
Aktivitas patahan tersebut menyebabkan gempa kecil-kecil yang termonitor oleh alat dan sistem BMKG.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.