KOMPAS.com - Di dataran tinggi Tibet, tepatnya di dalam Gua Karst Baishiya, China terdapat kisah menarik tentang kelangsungan hidup salah satu subspesies manusia purba, Denisovan.
Dikutip dari Ancient Origins (5/7/2024), Denisova atau juga disebut Denisovan, adalah manusia purba yang telah punah ribuan tahun lalu.
Selain kontribusi genetik mereka yang penting bagi manusia modern, sangat sedikit yang diketahui tentang Denisova.
Termasuk soal bagaimana manusia purba yang penuh teka-teki ini beradaptasi dengan kondisi pegunungan Tibet yang keras karena suhu ekstrem.
Baca juga: Ilmuwan Temukan Salmon Purba Raksasa yang Memiliki Gigi Besar Mirip Gading
Studi baru yang diterbitkan di Nature pada 3 Juli 2024 mengungkapkan temuan sisa-sisa tulang Denisovan yang berada di sebuah gua Tibet pada ketinggian 3.280 meter di atas permukaan laut.
Denisovan adalah jenis manusia purba yang telah punah dari garis keturunan manusia purba yang hidup di Bumi, seperti Homo sapiens dan Neanderthal.
Berbeda dengan Neanderthal, Denisovan lebih misterius. Sejauh ini, para arkeolog baru menemukan beberapa bagian dari keberadaan mereka yang membingungkan.
Tidak banyak yang diketahui tentang kelompok ini, termasuk kapan mereka punah. Tetapi ada bukti yang menunjukkan bahwa mereka kawin silang dengan Neanderthal dan Homo sapiens.
Sebuah tim peneliti dari Universitas Lanzhou (China), Universitas Kopenhagen (Denmark), Institut Penelitian Dataran Tinggi Tibet, CAS (China), dan Universitas Reading (Inggris) telah mempelajari lebih dari 2.500 tulang dari Gua Karst Baishiya di dataran tinggi Tibet, satu dari dua tempat Denisovan diketahui pernah tinggal.
Analisis dalam penelitian tersebut mengidentifikasi fosil Denisovan baru dan menjelaskan kemampuan spesies tersebut untuk bertahan hidup dalam kondisi iklim yang berfluktuasi, termasuk zaman es di dataran tinggi Tibet dari sekitar 200.000 hingga 40.000 tahun yang lalu.
“Kami berhasil mengidentifikasi bahwa Denisovan memburu, membunuh, dan memakan berbagai spesies hewan," kata ahli zooarkeologi di Universitas Reading sekaligus salah satu penulis penelitian tersebut, Dr. Geoff Smith.
"Studi kami mengungkap informasi baru tentang perilaku dan adaptasi Denisovan terhadap kondisi dataran tinggi dan perubahan iklim. Kami baru saja mulai memahami perilaku spesies manusia yang luar biasa ini," imbuhnya.
Baca juga: Pohon Purba Beri Bukti Musim Panas 2023 adalah yang Terpanas dalam 2.000 Tahun
Meskipun demikian, tim tersebut mengembangkan metode ilmiah baru untuk menentukan spesies mana yang menjadi asal sisa-sisa tulang tersebut. Metode ini menggunakan perbedaan kolagen tulang antarhewan.
"Dengan teknik Zooarchaeology by Mass Spectrometry (ZooMS) memungkinkan kami untuk mengekstrak informasi berharga dari fragmen tulang yang sering terabaikan, memberikan wawasan yang lebih dalam tentang aktivitas manusia," kata Dr Huan Xia dari Universitas Lanzhou.