KOMPAS.com - Peradaban mengacu pada kehidupan masyarakat yang kompleks dan memiliki ciri-ciri tertentu dari perkembangan budaya dan teknologi.
Biasanya masyarakat telah mampu mengembangkan sistem penulisan, pemerintahan, produksi makanan, pembagian kerja, hingga urbanisasi.
Secara sederhana, istilah peradaban sering digunakan untuk menunjukkan sebuah budaya yang sangat maju.
Sepanjang perjalanan sejarah manusia, berbagai peradaban besar telah dibangun, berkembang, dan bahkan beberapa tidak dapat bertahan dan runtuh.
Baca juga: Kalender Tertua di Dunia Catat Jejak Komet yang Picu Peradaban Manusia
Lantas, apa saja peradaban awal dalam sejarah umat manusia?
Dikutip dari laman History, berikut adalah 5 peradaban paling awal umat manusia:
Mesopotamia dianggap sebagai tempat lahirnya peradaban, lokasinya berada di wilayah yang saat ini menjadi Irak, Kuwait, dan Suriah.
Budaya yang tumbuh di antara sungai Tigris dan Efrat ini terkenal karena kemajuan penting dalam bidang literasi, astronomi, pertanian, hukum, matematika, arsitektur, dan banyak lagi.
Mesopotamia juga merupakan rumah bagi kota-kota urban pertama di dunia, termasuk Babilonia, Ashur, dan Akkad.
Baca juga: Mengenal 3 Peradaban di Dunia yang Bertahan Paling Lama
Mesir kuno berdiri sebagai salah satu kekaisaran terkuat dalam sejarah selama lebih dari 3.000 tahun.
Penggunaan tenaga kerja Mesir untuk mengumpulkan 100.000 orang untuk merakit piramida besar pada tahun 2600 SM masih tidak tertandingi sampai saat ini.
Bangsa Mesir juga terbukti sangat terampil dalam bidang pertanian dan pengobatan, imbuhnya. Mereka juga mengembangkan tradisi seni pahat dan seni lukis yang indah.
Baca juga: Mengapa Kucing Menjadi Simbol Ketuhanan bagi Bangsa Mesir Kuno?
Di India kuno, tempat Hinduisme didirikan, agama memegang peranan penting, bersama dengan tradisi sastra yang hebat dan arsitektur yang luar biasa.
Peradaban ini berada di Lembah Sungai Indus (sekarang India, Afghanistan, dan Pakistan) memiliki perencanaan kota yang canggih dan terorganisasir.
Runtuhnya Lembah Indus, sekitar tahun 1700 SM, sering dikaitkan dengan babarapa faktor, yakni migrasi akibat perubahan iklim, pergerakan tektonik yang menyebabkan Sungai Saraswati mengering, hingga musibah banjir besar.
Baca juga: Kutai Disebut Bukan Kerajaan Tertua di Indonesia, Ini Kata Sejarawan