优游国际

Baca berita tanpa iklan.
Jacko Ryan
Peneliti

Analis Politik Alumni Universitas Airlangga Surabaya

Pasca-Kunjungan Paus Fransiskus

优游国际.com - 10/09/2024, 16:17 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di
Editor

KUNJUNGAN Apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia telah usai. Ia hangat menjadi perbincangan nasional: mulai dari semangat, perkataan, hingga tindak kesederhanaanya. Banyak orang pun takjub, tak sedikit pula tersipu.

Kunjungan Paus Fransiskus menjadi bermakna karena momen-momen emosional, yang harapannya membangkitkan spiritual yang terjawantahkan dalam tindak nyata.

Apa yang bisa kita hayati dalam peristiwa penting ini?

Beriman dan Berketuhanan

Indonesia tidak hanya dikenal sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, namun juga menjadi salah satu negara religius. Agama menjadi bagian penting yang mewarnai sejarah bangsa. Ia menyatu dalam perjalanan suka duka bangsa.

Dengan merujuk Pembukaan Undang-Undang Dasar, Paus memuji bagaimana nilai-nilai ketuhanan menjadi landasan hidup Indonesia.

“Tidak ada sejengkal pun dari wilayah Indonesia yang mengagumkan ini … yang bukan merupakan anugerah dari Tuhan,” lanjutnya.

Namun penghayatan sikap beriman tak terjadi tanpa tantangan. Sikap proselitisme menjadi ancaman tersendiri.

Alih-alih menghayati keagamaan secara sukacita dan membagikannya pula dengan penuh kegembiraan, sikap proselitisme menjangkit karena kekerasan hati akibat ekstremisme.

Dalam hal ini perbedaan menemukan titik tegangnya: ketika sikap individual yang ditandai dengan adanya paksaan terhadap kepentingan sendiri, penekanan berlebih pada posisi diri dan narasi historis sepihak dengan segala upaya, maka perbedaan menjadi ancaman.

Kekudusan keberagamaan terbelokkan akibat fundamentalisme sempit. Ujung jalan dialog adalah kebuntuan karena dianggap sebagai penyerahan identitas dan jalan sikap kompromi pada iman.

Akibatnya ego sektoral memumpuk berbagai prasangka buruk. Termasuk berujung pada tindak intoleransi dengan cara-cara kekerasan.

Celakanya fundamentalisme agama menyatupadu dalam realitas politik. Keluhuran agama tereduksi pada gerakan sempit demi tujuan segelintir pihak.

Akibatnya pemilik kuasa diuntungkan dan relasi keragaman rakyat terkoyak. Pengalaman pemilihan umum di Indonesia telah beberapa kali menunjukkan pola demikian.

Jalan Persaudaraan

Bangsa Indonesia memiliki modal besar untuk keluar dari jurang kemuraman tersebut, yakni eratnya rasa persaudaraan antarpribadi.

Paus Fransiskus menyorot hal ini dengan beberapa kali menyebut ‘Bhinneka Tunggal Ika’, baik dalam pidatonya di Istana Negara dan Masjid Istiqlal. Serta menyebut keramahan masyarakat Indonesia, yang memiliki ‘senyumnya yang khas’ saat Misa Akbar di Gelora Bung Karno.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan.
Baca berita tanpa iklan.
Komentar
Baca berita tanpa iklan.
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi 优游国际.com
Network

Copyright 2008 - 2025 优游国际. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses 优游国际.com
atau