KOMPAS.com - Tim peneliti yang terdiri dari ilmuwan Jepang dan Amerika memenangkan Ig Nobel dalam bidang fisiologi pada Kamis (12/9/2024).
Penghargaan ini terkait dengan penemuan fakta bahwa mamalia mampu bernapas melalui rektum atau anus.
Sebagai informasi, Ig Nobel adalah penghargaan yang diberikan untuk pencapaian yang sangat mengejutkan sehingga membuat orang tertawa, lalu berpikir.
Sama seperti penghargaan Nobel umumnya, jenis penghargaan ini memiliki beberapa kategori, termasuk perdamaian, botani, dan kedokteran.
Penelitian tersebut dikerjakan oleh 11 peneliti dan hasilnya telah diterbitkan dalam jurnal Med pada 2021, dikutip dari Japan Times.
Profesor di Tokyo Medical and Dental University yang menjadi anggota tim, Takanori Takebe mengatakan, studi tersebut diharapkan dapat membantu mengobati orang yang terkena Covid-19 dan penyakit pernapasan lainnya.
Baca juga: Muhammad Yunus Gantikan PM Bangladesh Sheikh Hasina, Peraih Nobel yang Jadi Bankir Rakyat Miskin
Studi tersebut mengungkapkan, mamalia seperti tikus, mencit, dan babi sebenarnya dapat bernapas melalui anus, dilansir dari IFL Science.
Penelitian tersebut juga menunjukkan, pemberian oksigen melalui rektum dapat membantu menyelamatkan nyawa pasien penderita masalah pernapasan.
Pertama, penulis studi membuang lapisan tipis lendir yang melapisi usus tikus, untuk memungkinkan difusi oksigen yang lebih baik melalui sel-sel epitel.
Mereka kemudian menempatkan hewan pengerat tersebut dalam lingkungan dengan oksigen rendah yang menyebabkan semua hewan mati dalam waktu 11 menit.
Namun, ketika para peneliti memasukkan gas oksigen langsung ke dalam rektum tikus, tiga perempat hewan mampu bertahan hidup di dalam bilik selama 50 menit.
Dengan mengulangi percobaan pada tikus yang lapisan mukosa ususnya belum diangkat, para hewan pengerat tetap hidup selama rata-rata 18 menit.
Meskipun temuan ini menunjukkan bahwa tikus dapat menghindari kegagalan pernapasan dengan bernapas melalui lubang pantatnya, kebutuhan untuk membuang mukosa usus membuat teknik ini tidak cocok untuk manusia.
Baca juga: Ilmuwan Sebut Bumi Akan Memiliki Bulan Baru, tapi Umurnya Hanya 2 Bulan
Para peneliti memutuskan untuk menyelidiki metode alternatif yang melibatkan pemberian cairan beroksigen melalui rektum.
Untuk melakukannya, mereka menggunakan bentuk oksigen cair yang dikenal sebagai perfluorokarbon terkonjugasi.