优游国际

Baca berita tanpa iklan.
Syamsul Kurniawan
Dosen IAIN Pontianak

Seorang dosen di IAIN Pontianak, yang minat dengan studi interdisipliner terutama dalam kajian sosial keagamaan dan pendidikan karakter.

Ramadhan: Mengajarkan Efisiensi di Tengah Polemik

优游国际.com - 01/03/2025, 08:11 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di
Editor

TAHUN lalu, kita merasakan nuansa Ramadhan yang penuh makna. Sekarang, ketika bulan suci itu kembali datang, atmosfernya terasa begitu akrab, begitu mendalam.

Langit senja yang melukis warna-warna lembut di ufuk barat, aroma takjil yang perlahan memenuhi udara, dan suara adzan yang menyentuh relung hati, semuanya membawa kita pada keheningan yang membawa refleksi mendalam.

Saat itu, segala sesuatu terasa lebih teratur, lebih terjaga, lebih penuh kesadaran. Begitu pula dengan waktu berbuka yang perlahan tiba, memberi kita kesempatan untuk merenung, untuk mengevaluasi kembali perjalanan hidup, dan untuk menahan diri dari segala hal yang berlebihan.

Ramadhan, di dalam keheningan dan ketaatannya, mengajarkan kita nilai-nilai dasar yang mendalam: pengendalian diri, kesederhanaan, dan—yang paling penting—efisiensi.

Namun, di tengah keheningan itu, perdebatan besar tentang efisiensi anggaran mengguncang ruang publik.

Di bawah gerakan efisiensi anggaran yang digagas oleh pemerintah, kita tidak hanya disuguhkan isu ekonomi dan manajerial, tetapi juga dengan realitas sosial yang melibatkan kepentingan banyak pihak.

Efisiensi anggaran bukan sekadar perhitungan angka-angka yang dipangkas atau dialokasikan, tetapi menyentuh persoalan moral dan kemanusiaan.

Di saat sama, kita diajak untuk merenungkan apakah efisiensi itu benar-benar berorientasi pada kepentingan rakyat, atau justru menjadi sarana untuk memperkaya sekelompok kecil elite yang berkuasa.

Inilah yang membuat Ramadhan sangat relevan, karena bulan ini mengajarkan kita bagaimana kita harus mengelola segala yang kita miliki dengan bijaksana, dengan cara yang tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, tetapi juga bagi sesama.

Bulan Ramadhan mengajarkan kita bahwa efisiensi bukan hanya tentang mengurangi pengeluaran, tetapi tentang bagaimana kita bisa menahan diri, mengendalikan hasrat dan kebutuhan yang seringkali berlebihan.

Konsep efisiensi ini, jika diterjemahkan ke dalam konteks pemerintahan, harus lebih dari sekadar rasionalitas ekonomi; ia harus berpihak pada kesejahteraan rakyat, mengutamakan mereka yang membutuhkan, dan memastikan tidak ada satu pun pihak yang terabaikan.

Sementara itu, gerakan efisiensi anggaran yang digagas oleh pemerintah Prabowo harus disambut dengan harapan besar: agar kebijakan ini mampu mengeliminasi pemborosan yang selama ini menggerogoti keuangan negara.

Namun, seiring dengan itu, kita harus tetap waspada terhadap praktik-praktik korupsi yang seringkali merusak niat baik tersebut. Sebab, meski kita diajak untuk berpikir efisien, ada pertanyaan besar: efisiensi untuk siapa?

Efisiensi anggaran dan ruang publik kita

Menurut Jurgen Habermas (1989), ruang publik adalah tempat di mana individu-individu bisa berkomunikasi secara bebas, berdebat, dan memengaruhi kebijakan yang diambil oleh negara.

Di ruang publik, diskursus dan dialog antara masyarakat dan pemerintah dapat menciptakan kesepakatan bersama mengenai apa yang terbaik untuk bangsa.

Habermas menekankan pentingnya keterbukaan, kesetaraan, dan partisipasi aktif dalam proses demokrasi.

Di Indonesia, ruang publik ini berperan sangat vital dalam mengawasi dan menilai berbagai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, termasuk gerakan efisiensi anggaran.

Dalam konteks ini, publik tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga aktor yang menentukan arah kebijakan melalui suara-suara kritis yang muncul dalam bentuk debat, diskusi, dan kritik yang terus berkembang.

Ramadhan, sebagai bulan yang memanggil umat untuk berintrospeksi dan mengendalikan diri, secara tidak langsung mengajarkan kita tentang pentingnya komunikasi yang terbuka dan jujur.

Di bulan yang penuh berkah ini, kita diajak untuk tidak hanya berpikir tentang diri sendiri, tetapi juga untuk lebih mendengarkan, lebih memahami, dan lebih berbagi.

Seperti halnya dalam ruang publik yang digagas Habermas, Ramadhan memberikan kita kesempatan untuk melakukan komunikasi yang lebih reflektif, lebih kritis, dan lebih mendalam.

Efisiensi anggaran, yang merupakan topik panas di ruang publik saat ini, memerlukan dialog terbuka dan jujur antara pemerintah dan rakyat.

Dialog ini harus mengutamakan transparansi, keadilan, dan pertanggungjawaban dalam setiap langkah kebijakan yang diambil.

Jika ruang publik bisa dimanfaatkan dengan baik, maka polemik efisiensi anggaran akan menjadi kesempatan untuk memperbaiki sistem, untuk mendorong perubahan positif, dan untuk menciptakan pemerintahan yang lebih berpihak pada rakyat.

Namun, seperti yang sering kita lihat, ruang publik Indonesia tidak selalu berjalan mulus. Keputusan-keputusan yang diambil oleh pemerintah seringkali kurang melibatkan dialog yang konstruktif dengan masyarakat.

Proses pengambilan keputusan yang terkesan tertutup ini, pada akhirnya menghambat terciptanya ruang publik yang sehat dan inklusif.

Ini adalah tantangan besar bagi negara kita untuk bisa membuka ruang lebih luas bagi masyarakat untuk terlibat, baik dalam menyuarakan pendapat, maupun dalam mengawasi implementasi kebijakan yang ada.

Kritik-kritik terhadap efisiensi anggaran harus dilihat sebagai bentuk peran aktif masyarakat dalam menjaga agar kebijakan tetap sesuai dengan aspirasi rakyat.

Ruang publik yang sehat adalah ruang di mana setiap suara didengar, setiap kritik dihargai, dan setiap keputusan pemerintah dipertanggungjawabkan kepada publik.

Polemik efisiensi anggaran dan Panopticon Foucault

Di sisi lain, meskipun dialog dan diskursus di ruang publik menjadi sangat penting, kita juga harus menyadari bahwa ruang publik yang semakin terbuka justru menghadirkan tantangan tersendiri, yaitu pengawasan yang semakin ketat.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan.
Baca berita tanpa iklan.
Komentar
Baca berita tanpa iklan.
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi 优游国际.com
Network

Copyright 2008 - 2025 优游国际. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses 优游国际.com
atau