KOMPAS.com - Di China, sempat ada tren yang berkembang di kalangan orangtua untuk mengirimkan anak-anak mereka yang dinilai nakal atau manja ke perkemahan atau kamp "pembentukan karakter".
Dilansir dari Sixth Tone, kamp bernuansa militer tersebut salah satunya terletak di pedesaan Kota Nianjing di bagian timur.
Program ini dirancang untuk memberikan pengalaman hidup di lingkungan militer selama seminggu bagi anak-anak berusia 9-12 tahun.
Setiap hari, anak-anak peserta kamp akan diminta bangun pagi, membersihkan kamar, lalu mengikuti berbagai kegiatan fisik, seperti latihan halang rintang, pendakian panjang, dan pertandingan tinju.
Program "pembangunan karakter" ini disebut cukup populer di kalangan keluarga kelas menengah sejak 2018.
Baca juga: Duduk Perkara Dedi Mulyadi Copot Kepala SMAN 6 Depok Usai Nekat Gelar Study Tour
Kamp "pembentukan karakter" di China disebut memiliki rutinitas agenda yang cukup ketat dan keras.
Seorang ibu di China, Fang Qingqing, bahkan pernah mendapat laporan bahwa anaknya yang berusia 12 tahun mengalami retak tulang.
Fang menceritakan, pada hari kedua kamp, putranya diminta untuk memanjat tembok setinggi empat meter tanpa sabuk pengaman.
Sebelum mencapai puncak, anaknya jatuh dan menyebabkan tulang kering dan tulang betisnya retak.
"Ia akhirnya dirawat di rumah sakit selama tiga bulan, dan harus absen dari sekolah selama dua bulan," ucap Fang.
"Kecelakaan itu tidak menimbulkan luka permanen, tetapi pengalaman itu membuat kami terguncang," lanjut dia.
Selain itu, beberapa tindakan keras juga digambarkan pada kamp pelatihan militer untuk anak-anak ini.
Baca juga: Profil Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan, Gubernur-Wakil Gubernur Jawa Barat 2025-2030
Dilansir dari Global Times, beberapa orangtua mengakui bahwa kamp "pendidikan karakter" bernuasa militer menyajikan kegiatan latihan fisik dan mental yang cukup keras terhadap anak-anak.
Sebagian orangtua tidak tega melihat anaknya dimarahi atau dibentak demi penguatan fisik dan mental.
"Putri saya mengirimi pesan teks pada hari kedua kamp. Ia mengatakan bahwa dirinya merasa tersiksa karena harus berolahraga di hari-hari dengan suhu 35 derajat celsius," ujar salah satu orangtua, Feng Yu.