KOMPAS.com – Mengajar bukan sekadar kegiatan menyampaikan materi. Mengajar adalah sebuah hubungan batin yang mendalam antara guru dan peserta didik, tempat di mana kematangan seorang guru menyentuh ketidaktahuan yang polos, tetapi penuh potensi.
Menurut artikel ilmiah “Concept of Teaching” dari Shanlax International Journal of Education (2019), mengajar adalah aktivitas yang melibatkan interaksi mendalam antara guru yang lebih matang secara emosional dan intelektual dengan peserta didik yang masih dalam proses perkembangan.
Hal senada disampaikan oleh Head of Program Development Guru Binar dari Putera Sampoerna Foundation Juliana.
Ia menekankan bahwa penggunaan teknologi dalam pembelajaran tidak cukup hanya sebatas membuat PowerPoint.
“Bagaimana guru itu tidak hanya menjadikan teknologi sebagai alat. Contoh bikin PPT aja, tetapi tidak ada interaksi digital pada saat pembelajaran. Padahal yang kita harapkan bukan alatnya, tetapi tujuan pembelajarannya apa," ujar Juliana dalam acara talkshow "Pendidikan Indonesia Menuju Indonesia Emas atau Indonesia Cemas?" di Gedung A Kemendikdasmen, Jakarta Pusat, Kamis (15/5/2025).
Baca juga: Indonesia-Vietnam Sepakati Kerja Sama Bidang Sains dan Teknologi
Ia menambahkan, peran guru adalah mendorong siswa untuk berinteraksi secara digital dengan baik.
Teknologi seharusnya digunakan untuk menciptakan pembelajaran yang interaktif, kolaboratif, dan inspiratif.
"Apa saja fasilitas yang disiapkan oleh pemerintah adalah sebatas bantuan. Tapi bagaimana kita sebagai pendidik bisa berada pada tingkatan yang lebih maju, lebih kompeten, seperti naik level saat main games," lanjutnya.
Menurutnya, guru harus mendorong siswa-siswinya melakukan diskusi secara interaktif, kolaboratif, dan inspiratif melalui pemanfaatan teknologi.
Di zaman ini, menurut Juliana telah terjadi pergeseran pendekatan, dari pembelajaran berbasis teknologi ke teknologi berbasis pembelajaran.
Juliana menekankan, teknologi tidak bisa dipakai secara sembarangan dalam pembelajaran. Guru perlu memahami bahwa setiap alat memiliki fungsi dan efektivitas yang berbeda tergantung pada konteks dan kebutuhan kelas.
Maka dari itu, proses pemilihan teknologi harus dimulai dari tujuan pembelajaran, bukan dari keinginan untuk sekadar menggunakan teknologi terbaru.
Misalnya, jika sebuah kelas menuntut interaksi langsung antara siswa dan guru, maka Zoom dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran jarak jauh yang memungkinkan terjadinya diskusi dua arah secara real-time.
Baca juga: Mendikti Brian Sebut Kampus Vokasi Juga Bekali Sains dan Teknologi
Di sisi lain, ketika siswa perlu mengulang materi atau menguji pemahaman mereka secara mandiri, guru dapat menggunakan kuis digital seperti Quizizz sebagai sarana latihan yang menyenangkan dan interaktif.
Sementara itu, untuk materi-materi yang kompleks dan membutuhkan penjelasan visual, guru bisa menyisipkan video pembelajaran agar siswa lebih mudah memahami konsep-konsep yang diajarkan.