优游国际

Baca berita tanpa iklan.

Sutradara Film Jumbo: AI Tidak Akan Gantikan Animator

优游国际.com - 16/05/2025, 18:06 WIB
Yovie Given Nata Widjaja,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Masuknya kecerdasan buatan (AI) ke industri kreatif memicu kekhawatiran di kalangan profesional animasi dan perfilman. Alat seperti Midjourney, ChatGPT, dan generator animasi otomatis lainnya mulai digunakan untuk mempercepat proses produksi dan memicu ancaman terhadap keberadaan animator manusia.

Namun, kesuksesan film animasi Jumbo telah membuktikan bahwa AI takkan sepenuhnya mengalahkan kreativitas manusia.

Ryan Adriandhy menjadi semakin optimis, setelah film animasi yang disutradarainya menyalip jumlah penonton Frozen 2, dan juga menjadi film animasi terlaris di Asia Tenggara. Hingga Rabu (14/05/25), jumlah penonton Jumbo telah menembus angka 9,6 juta.

Baca juga: Cerita Ryan Adriandhy Kuliah Animasi di AS hingga Suksesnya Film Jumbo

AI bergantung pada karya manusia

Menurut Ryan, generative AI masih belum bisa menggantikan proses pembuatan animasi utuh yang hanya bisa dibuat oleh manusia. Dia menjelaskan bahwa ketika AI bisa menghasilkan suatu karya, AI juga harus belajar dan membuat database berdasarkan karya yang dibuat oleh manusia.

“Kalau untuk generatif sih, saya masih meragukan dia bisa menggantikan proses pembuatan animasi utuh yang dibuat oleh manusia karena kan Generative AI juga secara learningnya, datanya juga harus dibuat oleh manusia,” jelas Ryan.

Ia mencontohkan tren yang belakangan ramai diperbincangkan, seperti upaya meniru gaya visual Studio Ghibli dengan bantuan AI.

Dilansir dari  (27/3/2025), CEO OpenAI Sam Altman menyebut bahwa perusahaannya telah mengembangkan alat baru yang memungkinkan pengguna mengubah foto mereka ke dalam gaya khas pendiri Studio Ghibli, Hayao Miyazaki, proses yang disebut “Ghibli Fication”.

Baca juga: 5 Beasiswa Pemerintah yang Harus Dicoba, Jenjang SD-SMP hingga S1-S3

Menanggapi hal itu, Ryan mengajak publik untuk berpikir lebih jauh soal ketergantungan AI terhadap kreator manusia. Ia juga menegaskan kembali bahwa otak dan rasa manusia tidak mungkin bisa digantikan oleh keberadaan manusia.

“Ibaratnya kalau tiba-tiba berandai dulu saja. Katakanlah semua animator di dunia termasuk Ghibli bilang, ‘Kita gak mau bikin animasi lagi.’ AI-nya juga gak bisa “makan” dan ambil sumber apa-apa. Jadi terserah nanti AI-nya mau jadi seperti apa, tapi menurutku yang lebih penting adalah tetap lestari adalah pembuatan animasi dari otak dan rasa manusia sih,” lanjutnya.

Etika penggunaan AI

Bagi Ryan Adriandhy, penggunaan generative AI dalam ranah seni dan animasi masih menyisakan persoalan etika yang belum tuntas. Ia menyoroti bagaimana AI kerap diminta untuk menghasilkan karya dengan meniru gaya visual tertentu, seperti “buatkan foto keluarga saya seolah-olah dibuat oleh Studio Ghibli”.

“Generative AI itu kan diminta untuk membuat sesuatu berdasarkan karya yang sudah ada. Tapi apakah Ghibli-nya sendiri mengizinkan hal itu? Kita nggak tahu, dan tidak ada konsen secara resmi,” kata Ryan.

Menurutnya, walaupun ada sejumlah seniman yang secara sadar berkolaborasi dengan OpenAI dan mengizinkan gaya visualnya direplikasi, kasus Studio Ghibli berbeda. Ia juga merasa ada ketidakadilan kalau nantinya hasil karya AI akan dianggap sama atau setara dengan Intellectual Property yang dihasilkan oleh Ghibli.

“Menurutku sangat tidak fair dan setauku di Jepang itu kalau misalnya karya yang AI generatif dia tidak boleh dikomersialisasikan. Jadi dia gak bisa didaftarin sebagai hak cipta. Jadi kalau menurutku untuk sekarang sih aku pribadi aku menghindari penggunaan AI, karena aku gak merasa butuh generatif AI,” tegas Ryan.

Baca juga: Beasiswa bagi Guru Honorer SD-SMA 2025, Ada Insentif Bulanan

Prospek jurusan animasi semakin cerah

Sebagai publik figur yang terjun ke dunia seni, Ryan Adriandhy tetap konsisten menyuarakan pentingnya transformasi pendidikan di tengah perkembangan teknologi, khususnya teknologi AI yang tidak bisa dihindari.Mulai dari animator, desainer, ilustrator, musisi, sampai komposer di mana cara mereka menyerap informasi itu berbeda-beda.Dok. Putera Sampoerna Foundation, Kemdikdasmen Sebagai publik figur yang terjun ke dunia seni, Ryan Adriandhy tetap konsisten menyuarakan pentingnya transformasi pendidikan di tengah perkembangan teknologi, khususnya teknologi AI yang tidak bisa dihindari.Mulai dari animator, desainer, ilustrator, musisi, sampai komposer di mana cara mereka menyerap informasi itu berbeda-beda.

Bagi Ryan, keberhasilan film Jumbo bukan hanya soal pencapaian box office, tetapi juga menjadi titik balik bagi masa depan industri animasi di Indonesia, terutama bagi para talenta muda. Ia melihat adanya lonjakan semangat dari generasi baru yang kembali percaya bahwa menjadi animator adalah profesi yang layak diperjuangkan.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan.

Terpopuler

1
2
3
Komentar
Baca berita tanpa iklan.
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi 优游国际.com
Network

Copyright 2008 - 2025 优游国际. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses 优游国际.com
atau