MOSKWA, KOMPAS.com - Rusia khawatir atas meningkatnya tuduhan Amerika Serikat (AS) terhadap China akhir-akhir ini.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, pada Jumat (9/7/2020). Dia berharap AS tidak akan melewati batas.
Lavrov menambahkan beberapa pihak berwenang AS telah menyerang pejabat China sampai tahap penyerangan terhadap pribadi. Hal itu menurutnya sangat mengkhawatirkan.
Lavrov berharap dua negara adidaya tersebut dapat menemukan solusi atas permasalahan mereka melalui jalan diplomatik sebagaimana dilansir dari CGTN News, Sabtu (11/7/2020).
Selain mengomentari masalah AS-China, Lavrov juga membahas perjanjian mengenai pembatasan senjata antara Rusia dengan China.
Pakta pengendalian senjata antara Rusia dan AS diatur melalui New Strategic Arms Reduction Treaty (New START).
Rusia dan AS menandatangani perjanjian New START pada 2010. Perjanjian tersebut berisi penetapan batasan jumlah berbagai macam senjata strategis yang dimiliki oleh kedua negara itu.
Perjanjian tersebut akan kedaluwarsa pada Februari 2021 dan dapat diperpanjang hingga 5 tahun ke depan dengan persetujuan bersama.
Dia mengatakan Rusia telah siap untuk setiap perkembangan. Jika AS menolak untuk memperbarui perjanjian tersebut, Rusia mungkin akan mengambil langkah lain.
"Kami tahu, dan kami sangat percaya bahwa kami dijamin untuk menjamin keamanan kami untuk jangka panjang bahkan tanpa adanya perjanjian ini," ujar Lavrov.
Jika pihak AS membuka ruang untuk memperpanjang perjanjian New START, fokus dialognya akan seputar pada pengontrolan senjata baru, dalam konteks semua faktor yang memengaruhi stabilitas strategis.
Menurut Lavrov, Rusia tidak memerlukan perpanjangan perjanjian tersebut melebihi AS
Lavrov menambahkan jika Amerika Serikat dengan tegas menolak untuk memperpanjangnya perjanjian New START, Rusia tidak akan membujuknya.
/global/read/2020/07/11/142730170/rusia-khawatir-atas-sejumlah-tuduhan-yang-dialamatkan-as-kepada-china